Jakarta, Aktual.co — Satuan Kerja Khusus Pelaksana Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) memperkirakan, proyek pengembangan gas laut dalam (Indonesia deepwater development/IDD) di Selat Makassar, Kaltim yang dikerjakan Chevron Indonesia Company bakal mundur selama dua tahun.

Pelaksana Tugas Kepala SKK Migas J Widjonarko mengatakan, proyek dengan nilai investasi 12 miliar dolar AS tersebut sebelumnya direncanakan berproduksi 2018, namun diperkirakan mundur dua tahun menjadi 2020.

“Kalau proses seperti perijinannya cepat, maka mundurnya maksimal dua tahun,” katanya di Jakarta, Senin (28/10).

Ia mengatakan, pihaknya masih mengkaji potensi tambahan cadangan migas di proyek IDD.

“Lagi dihitung, dari ‘reserve’ P2, apakah bisa jadi P1,” ujarnya.

Tambahan cadangan tersebut akan dituangkan dalam revisi rencana pengembangan (plan of development/POD).

“Namun, sebelumnya potensi tambahan cadangan tersebut akan dibahas secara teknis. Kalau bisa disimpulkan, maka dihitung ulang. Lalu, akan dilihat skenarionya berubah atau tidak. Skenario tersebut terkait fasilitas yang pernah diusulkan, berubah atau tidak,” katanya.

Menurut dia, sebagai antisipasi mundurnya IDD, pihaknya akan memastikan pengembangan proyek perluasan Tangguh dan Lapangan Jangkrik bisa tepat waktu.

Sebelumnya, Chevron mengirimkan surat kepada Menteri ESDM yang meminta penundaan sementara proyek IDD di Selat Makassar, Kaltim.

Alasan penundaan proyek sesuai surat tersebut adalah perubahan keekonomian akibat potensi tambahan cadangan. Sesuai skenario sebelumnya, proyek IDD ditargetkan berproduksi 1.270 juta kaki kubik per hari (MMSCFD).Produksi tersebut berasal dari empat blok yaitu Ganal, Rapak, Makassar Strait, dan Muara Bakau dengan lima lapangan yakni Bangka, Gehem, Gendalo, Maha dan Gandang. Blok Ganal, Rapak, dan Makassar Strait dikelola Chevron, sementara Muara Bakau oleh Eni Spa.

Artikel ini ditulis oleh:

Eka