Jakarta, Aktual.co — Presiden Joko Widodo pada Minggu (26/10) di Istana Merdeka, Jakarta telah mengumumkan 34 nama menteri yang tergabung dalam Kabinet Kerja 2009-2014 dengan komposisi 14 orang dari partai politik dan 20 orang dari kalangan profesional.
Sebanyak 72 persen atau 20 orang kalangan profesional berasal dari berbagai latar belakang dan sejumlah prestasi akademis yang diraih. Gelar Guru Besar turut menjadi pertimbangan bagi Presiden Joko Widodo untuk menempatkan seseorang di kementerian dalam Kabinet Kerja.
Sebanyak lima orang dengan gelar Guru Besar mengisi kursi kementerian pemerintahan Joko Widodo dan Jusuf Kalla, yakni 1. Pratikno sebagai Menteri Sekretaris Negara2. Bambang Brodjonegoro sebagai Menteri Keuangan3. Nila Djuwita Anfasa Moeloek sebagai Menteri Kesehatan4. Muhammad Nasir sebagai Menteri Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi5. Yohana Susana Yembise sebagai Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak.
Sosiolog sekaligus Guru Besar FISIP Universitas Indonesia, Paulus Wirutomo, mengatakan pertimbangan Presiden untuk memilih Guru Besar menjadi menteri adalah suatu yang wajar.
“Kalau jumlah Guru Besarnya berkisar antara tiga sampai lima orang, saya kira itu wajar. Saya juga melihat riwayat akademis Guru Besar tersebut sudah sesuai dengan kementerian yang dijabatnya,” kata Paulus saat dihubungi Antara di Jakarta, Senin.
Pakar sosiolog itu mengatakan beberapa Guru Besar yang dijadikan menteri tepat sasaran, salah satunya Pratikno. Ia menilai penunjukan Pratikno sebagai Menteri Sekretaris Negara sesuai dengan latar belakang pendidikannya.
1. PratiknoBerbagai sumber menyebutkan, Pratikno yang lahir di Bojonegoro pada 13 Februari 1962 ini menyelesaikan studi sarjananya di Ilmu Pemerintahan FISIP Universitas Gadjah Mada (1985), program master di Development Administration Universitas Birmingham, Inggris (1990), dan program doktor di Ilmu Politik UGM (2008).
Pria yang baru saja terpilih sebagai Rektor (UGM) Yogyakarta pada Maret 2012 itu juga meraih gelar Profesor bidang Ilmu Politik dari UGM pada Desember 2008 serta gelar doktor di Flinders University of South Australia jurusan Asian Studies (1997).
2. Muhammad NasirSelain Pratikno, Guru Besar yang juga menjabat sebagai rektor ialah Muhammad Nasir. Nasir pun baru saja terpilih sebagai Rektor Universitas Diponegoro, Semarang, namun dirinya belum sempat menjalani pelantikan yang rencananya digelar pada 18 Desember 2014.
Pria kelahiran 27 Juni 1960 (54 tahun), Ngawi, Jawa Timur ini juga menyandang gelar profesor di bidang “Behavioral Accounting dan Management Accounting.” Nasir menyelesaikan S1-nya di Undip, kemudian S2-nya di Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta dan meraih gelar PhD-nya di University Sains Malaysia tahun 2004.
3. Bambang BrodjonegoroSelain Pratikno dan Muhammad Nasir, gelar Guru Besar juga disandang oleh Menteri Keuangan Bambang Brodjonegoro.
Bambang sebelumnya menjadi Wakil Menteri Keuangan pada Kabinet Indonesia Bersatu Jilid II era pemerintahan Presiden SBY. Di Kabinet Kerja ini, Bambang dipercaya untuk mengisi posisi puncak Kementerian Keuangan menggantikan Muhammad Chatib Basri.
Putra bungsu (alm) Soemantri Brodjonegoro ini dikukuhkan sebagai Guru Besar Fakultas Ekonomi UI dan tercatat sebagai satu-satunya dekan di institusi tersebut yang usianya masih di bawah 40 tahun saat diangkat.
Bambang mengenyam pendidikan sarjana di Ekonomi Pembangunan dan Ekonomi Regional Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia (1990), tingkat master di Universitas Illinois, Amerika Serikat, sekaligus melanjutkan program doktoral di universitas yang sama hingga 1995.
4. Nila Djuwita Anfasa MoeloekSelain Menteri Keuangan, jabatan Menteri Kesehatan pada Kabinet Kerja 2014-2019 juga diisi oleh Guru Besar Fakultas Kedokteran UI, yakni Nila Djuwita Anfasa Moeloek.
Dokter yang ahli dibidang oftalmologi atau ilmu penyakit mata ini mengawali pendidikannya di FKUI Jakarta kemudian melanjutkan studi di bidang ophtalmology dan berhasil meraih gelar spesialis mata (SpM) enam tahun berikutnya.
Ketua Umum Perhimpunan Dokter Spesialis Mata (Perdami) tersebut juga pernah belajar subspesialisasi di International Fellowship di Orbita Centre, University of Amsterdam, Belanda dan di Kobe University, Jepang.
5. Yohana Susana YembiseNila Moeloek bukanlah satu-satunya wanita bergelar Guru Besar yang menjabat menteri. Selain dia, Yohana Susana Yembise ialah wanita bergelar Guru Besar asal Papua yang ditunjuk oleh Presiden Joko Widodo menjadi Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak.
Yohana adalah wanita Papua pertama yang diberi gelar Guru Besar oleh Menteri Pendidikan dan Kebudayaan sebagai profesor doktor bidang silabus desain dan “material development”.
Wanita kelahiran Manokwari, 1 Oktober 1958 ini dikukuhkan menjadi profesor doktor oleh Rektor Universitas Cenderawasih (Uncen) Jayapura, Papua.
Yohana menempuh pendidikan sarjana pada program studi bahasa Inggris Universitas Cenderawasih. Semasa kuliah, dia bekerja sebagai asisten dosen di program studi yang digelutinya selama tiga tahun yakni sejak 1983-1986 kemudian enjadi dosen sejak 1987 sampai sekarang.
Kalangan Profesional Penunjukan sejumlah Guru Besar menjadi menteri tentunya menjadi kewajaran karena kalangan profesional memiliki keahlian di bidang masing-masing dengan latar belakang pendidikan yang gemilang.
Kendati demikian, ada anggapan bahwa kalangan profesional tersebut tidak sepenuhnya dipertimbangkan dari sisi akademis, namun jaringan politik serta kedekatan terhadap koalisi Indonesia Hebat yang turut menjadi faktor.
Menurut Guru Besar FISIP Universitas Indonesia, Paulus Wirutomo, penunjukan lima Guru Besar di atas menjadi menteri dalam Kabinet Kerja tentunya menjadi hak prerogatif Presiden. Pertimbangan pun didasarkan pada beberapa faktor, antara lain bidang yang digeluti sejumlah Guru Besar tersebut, asal institusi pendidikan, serta kepentingan profesional yang tidak dapat dilepaskan.

Artikel ini ditulis oleh: