Jakarta, Aktual.co — Umat Buddha dari berbagai daerah menggelar ritual larung sesaji di pantai selatan Kabupaten Cilacap, Jawa Tengah, Minggu siang (26/10).
Ritual larung sesaji itu diawali dengan prosesi perayaan tahun baru Jawa 1 Suro 1948 yang dipimpin pengasuh Padepokan Agung Sanghyang Jati Gunung Selok, Bhante Dhamma Tedjo, dan pergelaran kesenian di Vihara Tri Ratna, Manggala Giri Gunung Srandil, Desa Glempang Pasir, Kecamatan Adipala, Cilacap.
Selanjutnya, sesaji yang telah ditata dalam sebuah tandu berbentuk kapal dikirab menuju pantai selatan yang berjarak sekitar 1 kilometer dari Vihara Tri Ratna.
Sesampainya di tepi pantai, Bhante Dhamma Tedjo beserta para bhikkhu dari Padepokan Agung Sanghyang Jati Gunung Selok membacakan doa guna mengiringi prosesi pelarungan sesaji.
Sementara itu, para pemanggul tandu berbentuk kapal itu tampak berjalan ke tengah pantai sambil melawan deburan gelombang yang cukup tinggi guna melarung sesaji yang mereka panggul.
Saat ditemui usai prosesi larung sesaji, Bhante Dhamma Tedjo mengatakan bahwa pelarungan sesaji itu merupakan simbol pelepasan sifat-sifat jahat.
“Dalam Babad Tanah Jawa dikisahkan tentang Aji Saka yang datang ke tanah Jawa untuk membasmi sifat-sifat jahat, yakni dengan melepaskannya ke pantai selatan. Pelarungan sesaji ini sebagai simbol saja, simbol untuk melepas sifat-sifat buruk kita,” katanya.
Menurut dia, sesaji-sesaji yang dilarung berupa palawija, sayuran, buah-buahan, air minum, kopi, teh, dan pakaian.
Dengan pelarungan sesaji itu, dia mengharapkan manusia dapat terbebas dari sifat-sifat tamak atau jahat sehingga bisa mengembangkan akhlak dan budi pekerti yang luhur.
Terkait tahun baru Jawa 1 Suro 1948 yang berbarengan dengan adanya pemerintahan baru di Indonesia, Bhante Dhamma Tedjo mengatakan bahwa memilih pemimpin harus berhati-hati dan merakyat.
“Terbukti, masyarakat memilih Jokowi (Joko Widodo, red.) merupakan pilihan yang tepat karena sifatnya yang merakyat,” katanya.
Ia mengharapkan Jokowi dapat tetap memimpin Indonesia dengan budi pekerti dan akhlak mulia.
Artikel ini ditulis oleh: