Bogor, Aktual.co — Aktivis Hak Asasi Manusia Indonesia Ratna Sarumpaet, Kamis, mengajak masyarakat Kabupaten Bogor, Jawa Barat, membuat film budaya yang menceritakan kehidupan sosial masyarakat untuk menghargai hak asasi manusia di Indonesia.
“Indonesia tidak akan kekurangan ide untuk membuat film budaya dan sosial yang menghargai HAM dan kehidupan sosial masyarakat Indonesia,” katanya, Kamis (28/5).
Ia mengatakan jika film menceritakan tentang budaya dan sosial masyarakat Indonesia. Film yang bernilai baik pasti bisa menyingkirkan orang yang membuat film tidak bertanggung jawab.
“Jati diri bangsa Indonesia harus selalu masuk ke dalam perfilman Indonesia,” katanya.
Ia mengingatkan guru sensor terbaik untuk generasi muda Indonesia adalah orang tuanya. Karena tidak ada jaminan lembaga sensor film milik negara bisa lebih bersih.
“Nyatanya masih banyak orang Indonesia yang korupsi, kalau keluarga sudah membentengi pasti tidak ada prilaku itu,” katanya.
Ratna mengatakan tidak pernah mengatakan lembaga sensor film negara tidak perlu. Tetapi masyarakat tetap harus mempunyai sensor di dalam dirinya sendiri untuk dirinya.
“Masyarakat yang mempunyai seni liar, akan ditinggalkan sendiri oleh peminatnya,” katanya.
Saat ini, kata dia, Pajak perfilman Indonesia baru mencapai 10%. “Itu sebabnya bioskop lebih senang menjual film asing,” katanya.
Walaupun jumlah penontonnya sama tetapi biaya impor film asing lebih murah dibandingkan Indonesia. Makanya film yang aneh itu tetap muncul dari ketidakadaan dana.
Terkait ada film pendek buatan isu beras plastik yang dibuat DS warga Bekasi. Ia menyatakan akan memanggil DS.
” Kami akan mengecam pemerintah jika memanggil DS dan memberikan hukuman pidana kepadanya,” katanya.
Sutradara film layar lebar Jamilah dan Presiden mengatakan semoga dengan kejadian ini pemerintah bisa lebih proaktif terhadap keluhan masyarakat.
Artikel ini ditulis oleh:
Andy Abdul Hamid

















