Jakarta, Aktual.co — Peneliti Senior Indonesia Public Institute (IPI) Karyono Wibowo mengatakan, sikap kenegarawanan yang dimiliki para pendiri dan pemimpin bangsa terdahulu, kini kian memudar.
Bahkan, kata dia, bisa dikatakan bangsa ini nyaris mengalami krisis kenegarawanan. Apabila kita mencermati perkembangan situasi politik nasional saat ini, yang seolah-olah bangsa ini hidup di antara dua kutub yang berbeda.
Dia mengatakan, kegaduhan politik sejak pemilihan presiden hingga pascapilpres 2014 membuat bangsa ini nyaris terbelah.
“Bahkan ada kecenderungan suhu politik usai pilpres malah semakin memanas. Simaklah apa yang terjadi di panggung politik, di mana politisi yang kalah mempertontonkan drama politik yang jauh dari nilai demokrasi dan semangat ke-Indonesia-an,” kata dia dalam Diskusi Kebangsaan di Jakarta, Kamis (16/10).
Akibat kegaduhan tersebut, telah mendorong sentimen negatif perekonomian nasional, nilai mata uang rupiah tertekan dan investasi yang terganggu.
“Di dalam sistem demokrasi semestinya berlaku prinsip saling menghormati antara pihak yang menang dan yang kalah dalam kontestasi,” kata dia.
Mencontoh pendiri bangsa Karyono mengatakan bahwa sikap pendiri bangsa harus dicontoh oleh generasi penerus yang mengisi kemerdekaan. Para pendiri bangsa mementingkan kepentingan negara di atas kepentingan individu dan kelompok.
“Tanpa adanya sikap kenegarawanan para pendiri bangsa, barangkali kemerdekaan Indonesia bisa mundur 50 tahun lagi atau bahkan lebih,” kata dia.
Meski terjadi perbedaan pandangan yang cukup tajam saat itu, namun para pendiri bangsa akhirnya dengan sikap kenegarawanannya menyepakati Pancasila sebagai dasar negara.
“Karena energi yang ada saat itu adalah energi positif yang diarahkan untuk mencapai cita-cita mulia, yaitu untuk mewujudkan Indonesia yang merdeka, berdaulat, adil dan makmur,” kata dia.
Tantangan bangsa Indonesia kedepan sangatlah berat, oleh karena itu kata Karyono, Indonesia harus menguatkan kembali sikap kenegarawanan dan menyusun kekuatan baru, agar NKRI semakin maju, kuat dan tetap berdiri sebagai bangsa yang merdeka.
Artikel ini ditulis oleh: