Jakarta, Aktual.com — Beban pemerintah Presiden Joko Widodo-Jusuf Kalla kian hari semakin berat. Beban tersebut diakibatkan adanya bom waktu berupa legacy dari pemerintahan SBY berupa quarto deficit.
Namun demikian, hal tersebut dinilai beruntung oleh anggota fraksi PDIP dari Komisi XI DPR Andreas Eddy Susetyo. Karena, meski mendapatkan bom waktu dari pemerintahan SBY, kata dia menteri ekonomi era Jokowi-JK banyak melakukan terobosan yang menumbuhkan optimisme.
“Misalnya, Menkeu, dia sudah melakukan stimulus fiskal, tinggal tantangannya adalah masalah penyerapan. Dalam stimulus fiskal ini, pertama adalah akselerasi eksekusi pembelanjaan modal pemerintah secara cepat,” kata dia kepada wartawan di Gedung DPR Senayan, Rabu (17/6).
Kemudian yang kedua, lanjut dia, Menkeu Bambang Brodjonegoro terus mendorong upaya peningkatan daya beli masyarakat melalui program-program, yang dapat langsung dirasakan oleh misalnya dana Desa, untuk membuka lapangan kerja.
Andreas menambahkan, siklus ekonomi nasional saat ini memang sedang menurun, terjadinya penurunan itu karena harga komoditas, dan ini berimbas pada transaksi berjalan demikian juga dengan penurunan impor.
“Jadi sekarang ini kita masih dalam transisi. Tapi antara lain infrastruktur segera kita beresi karena akan meningkatkan daya saing kita. Ibaratnya sekarang kita seperti minum jamu pahit, tetapi itu obat. Daya beli masyarakat bawah harus dibantu dan saya kira salah satu fokus Menteri menteri ekonomi Jokowi adalah tentang ini.” kata dia.
Dia juga menekankan, kondisi ekonomi global memang sedang kurang menguntungkan akibat penurunan pertumbuhan ekonomi Tiongkok, karena ekonomi Amerika menguat maka ada pembalikan modal ke Amerika.
Kordinator Gerakan Indonesia Bersih Adhie M Massardi menyatakan, pada saat kampanye Pilpres pasangan Jokowi-JK merasa seperti pasangan superhero, yakni Batman dan Robin, bahkan dengan konsep Nawa Cita dan Tri Sakti seperti akan sanggup menjinakkan bom waktu yang merupakan legacy pemerintahan SBY.
“Tapi kenapa setelah jadi presiden dan jadi wakil presiden seperti menghindari masalah ini. Mereka tepat memilih banyak menteri dari profesional,” ujar Adhie. Ibaratnya para Menteri Ekonomi Jokowi seperti ketiban pulung, orang lain yang salah bikin kebijakan, mereka yang terkena getahnya.
Artikel ini ditulis oleh:
Wisnu