Jakarta, Aktual.co — Peringatan ke-60 Konferensi Asia Afrika (KAA) selama seminggu ini tidak terlalu mempengaruhi nilai tukar Rupiah ataupun laju saham. Padahal, Presiden RI, Joko Widodo dan beberapa kepala negara lainnya gencar menyuarakan bahwa pertemuan KAA tersebut sekaligus mendorong pertumbuhan ekonomi pada kedua negara tersebut.
Chairman MECODEstudies (Management & Economics Development Studies), Mangasa Agustinus Sipahutar mengatakan bahwa pasar menilai ini sebagai sesuatu yang realistis. Menurutnya, pasar menunjukkan sikap skeptisnya pada peringatan KAA.
“Simple saja, bisa dibilang negara-negara KAA ini kan bukan negara maju, kebanyakan masih negara berkembang, artinya sejauh ini tidak dominan ada pertumbuhan ekonomi,” ujar Mangasa saat dihubungi Aktual.co, Jumat (24/4).
Mengenai pidato Presiden Zimbabwe, Robert Mogabe di Gedung Merdeka yang mengatakan bahwa Afrika siap berinvestasi di Asia dalam sektor energi, telekomunikasi, dan infrastruktur, dirinya mengatakan hal tersebut adalah sesuatu hal yang wajar pada setiap pertemuan antarnegara. Menurutnya, yang lebih penting adalah bagaimana implementasi dari pernyataan tersebut ke depannya.
“Afrika silakan saja , kan biasanya forum-forum seperti itu hanya pernyataan awal saja, bahkan MoU sekalipun begitu. Pelaksanaannya belum tentu teralisasikan, terpenting itu dukungannya seperti apa, langkah kerja nyata, implementasinya sulit direalisasikan,” pungkasnya.
Untuk diketahui, selama seminggu KAA dilakukan di Jakarta dan Bandung, nilai tukar Rupiah terhadap dolar AS masih mengalami pelemahan. Tercatat dalam kurs Bank Indonesia (BI), Rupiah dalam seminggu ini berada di level 12.944 per dolar AS, melemah 0,14 persen dari minggu lalu. Sedangkan laju Indeks Harga Saham Gabungan berdasarkan data Bursa Efek Indonesia (BEI) selama seminggu ini berada di kisaran 5.437 atau melemah 1,18 poin dari minggu lalu.
Artikel ini ditulis oleh:
Eka
















