Jakarta, Aktual.co — Staf Khusus Kementerian ESDM Said Didu mengatakan bahwa kehadiran Bahan Bakar Minyak (BBM) jenis baru yang diberi nama Pertalite dapat dijadikan langkah untuk menutupi kerugian PT Pertamina (Persero) di periode Januari-Februari 2015 lalu.

Seperti diberitakan sebelumnya, selama periode Januari-Februari 2015 Pertamina mencatatkan kerugian bersih sebesar USD212,3 Juta atau setara dengan Rp2,7 triliun (asumsi Rp13000/USD). Pertamina sendiri mengklaim bahwa kerugian tersebut disebabkan oleh anjloknya bisnis di sektor hilir yang mencapai USD368 juta.

“Bisa untuk menutupi kerugian Pertamina, memang bisa. Tapi kan tidak mengorbankan masyarakat, itu sah-sah saja. Selama tidak mengorbankan masyarakat,” kata Said di Kementerian ESDM, Jakarta, Jumat (24/4).

Ia menjelaskan, kehadiran Pertalite ini dimaksudkan guna memanfaatkan kelebihan nafta yang diproduksi kilang Pertamina.

“Ini kan memanfaatkan kelebihan nafta, daripada di ekspor lebih baik di maksimalkan,” ucapnya.

Ia juga mengatakan bahwa kehadiran Pertalite akan lebih memberikan varian BBM kepada masyarakat.

“Karena kalau diluncurkan (pertalite) pasti penggunanya kan sebagian para pengguna Pertamax. Kalau premium tetap pakai premium,” tutupnya.

Sebelumnya, Direktur Eksekutif Komite Penghapusan Bensin Bertimbel (KPBB) Ahmad Safrudin menilai langkah PT Pertamina (Persero) meluncurkan BBM baru Pertalite sebagai langkah untuk menutupi kerugian pada periode Januari dan Februari 2015 yang mencapai USD212 juta atau setara dengan Rp2,7 triliun. Pasalnya, Pertalite dijual dengan harga yang lebih tinggi dari Premium, padahal dilihat dari segi kualitas atau kadar oktan jelas menunjukan tidak ada upaya signifikan yang dilakukan Pertamina.

“Kalau Pertamina merugi di sektor tertentu, jangan dibebankan ke rakyat, ini tidak fair. Bisa saja (untuk tutupi kerugian), tapi sangat tidak fair kalau kesalahan manajemen yang menyebabkan kerugian lalu dibebankan ke masyarakat,” kata Ahmad.

Dirinya juga menyebut bahwa Pertalite merupakan produk sia-sia. Pasalnya, secara kualitas, RON 88 (Premium) dan RON 90 (Pertalite) sama-sama tidak memenuhi standar kualitas yang berlaku.

“RON 90 adalah produk sia-sia. Tidak ada artinya antara 88 dan 90. RON yang baik adalah 91, dan untuk solar 51. Standar euro kan minimal RON 91,” tukasnya.

Artikel ini ditulis oleh:

Eka