Jakarta, Aktual.com — Kepala Dinas Pertanian Kelautan dan Perikanan Kota Mataram Mutawalli menyebutkan selama musim kemarau produksi kangkung di wilayahnya menurun hingga 50 persen.
“Biasanya petani kangkung setiap harinya bisa panen hingga 20 kuintal per hari, kini hanya sekitar 10 kuintal per hari,” katanya kepada sejumlah wartawan di Mataram, Nusa Tenggara Barat, Minggu (5/7).
Kangkung merupakan bahan dasar membuat ‘pelecing’ atau masakan khas Pulau Lombok. Dalam bulan Ramadhan pelecing menjadi menu wajib bagi sebagian masyarakat Lombok.
Menurunnya produksi kangkung ini disebabkan sumber mata air pada sebagian areal sawah yang digunakan untuk menanam kangkung berkurang.
Tanaman kangkung ini, katanya, membutuhkan volume air yang tinggi agar daun dan batangnya bisa tumbuh dengan bagus.
Mutawalli menyebutkan, dari sekitar 35 hektare luas sawah yang menjadi lokasi budi daya kangkung di kawasan Pesongoran terdapat sekitar delapan hektare kekurangan air.
Akibat dari kekurangan air ini, daun kangkung di lahan seluas delapan hektare itu tumbuh kurang sehat dengan daun yang menguning dan batang kecil-kecil.
“Untuk itu, saat ini kami sedang melakukan upaya mencari sumber air irigasi untuk mengairi lahan budi daya kangkung,” katanya.
Menurut dia, dengan berkurangnya jumlah produksi kangkung di kota ini memicu harga kangkung di pasar meningkat signifikan. Dimana harga kangkung yang biasanya dijual 500 rupiah per ikat kini menjadi Rp2.000 per ikat.
Artikel ini ditulis oleh: