Jakarta, Aktual.com — CEO PT Perkebunan Sinar Mas Wilayah Kalimantan Barat, Susanto menyatakan, isu-isu yang beredar bahwa perkebunan sawit telah merusak lingkungan hidup tidak semuanya benar.
“Isu negatif tentang sawit sengaja digembar-gemborkan oleh pesaing. Padahal fakta di lapangan perkebunan sawit cukup ramah lingkungan dalam mengembangkan perkebunan, karena izin perkebunan diberikan kepada perusahaan pada areal penggunaan lain (APL) dan arealnya memang sudah tidak produktif lagi,” kata Susanto di Pontianak, Senin (6/7).
Ia menjelaskan, kalaupun ada perusahaan sawit yang belum memperhatikan lingkungan sekitarnya, jumlahnya tidak banyak. Sehingga jangan dipukul rata kalau semua perkebunan sawit menyebabkan kerusakan lingkungan, pemicu perubahan iklim, atau menyebabkan kekeringan.
“Tetapi yang pasti sawit adalah komoditas ekspor non-migas yang paling besar saat ini. Industri ini juga menyerap tenaga kerja paling besar, dengan tenaga kerja secara langsung sekitar empat juta orang, dan tidak langsung sekitar 15 juta orang,” ungkapnya.
Susanto menambahkan, perkebunan sawit juga bisa disebut agen pembangunan. Karena dimana perkebunan sawit dibuka, pasti akan membuka isolasi daerah dengan membuat jalan yang sebelumnya tidak ada. Selain itu, kehadiran perkebunan sawit berdampak pada menggeliatnya perekonomian lokal.
“Contohnya perekonomian masyarakat di Kecamatan Suhaid dan Semitau, Kabupaten Kapuas Hulu, yang kini sangat berkembang bila dibanding lima tahun lalu, sebelum dibukanya perkebunan sawit,” ungkapnya.
Memang menurut dia, tidak bisa dipungkiri dampak negatif dari pengembangan sawit pasti ada. Untuk itu Susanto mengajak semua pihak untuk memperbaiki kekurangan tersebut, demi peningkatan perekonomian masyarakat daerah.
“Dulu kita penghasil gula, karena diserang pelan-pelan kini Indonesia malah menjadi pengimpor gula terbesar. Begitu juga sawit yang diserang secara pelan-pelan, sehingga perlu diantisipasi bersama-sama,” katanya.
Sekarang ini, menurut Susanto, yang tersisa dan perlu dijaga adalah sektor perkebunan sawit. Meskipun kini harga CPO sedang jatuh, tetapi tetap bisa bertahan, sehingga ekonomi masyarakat sawit tidak terlalu anjlok.
“Dulu selain karet, ada tambang emas, sekarang sudah turun, sehingga andalan Kalbar saat ini adalah sawit. Saat ini, sawit dan karet bisa dibilang menjadi tulang punggung ekonomi Kalbar, sehingga butuh peran media dalam memberitakan hal-hal yang benar, yang positif diangkat, sementara yang negatif bisa dikritisi,” katanya.
Artikel ini ditulis oleh:
Eka