Jakarta, Aktual.com — Produksi minyak harian yang dihasilkan Pertamina EP Asset 5 Field Sangatta, Kabupaten Kutai Timur, Kalimantan Timur, pada semester pertama 2015 mencapai rata-rata 1.211 barel per hari (BOPD) atau melampui target yang ditetapkan sekitar 1.077 BOPD.
Field Manager Pertamina EP Sangatta Abdul Muhar saat acara buka puasa bersama dengan bupati dan jajaran Pemkab Kutai Timur di Sangatta mengatakan, realisasi produksi minyak harian tersebut berarti 112 persen dari target.
“Angka produksi ini memang relatif kecil dibandingkan perusahaan-perusahaan migas sejenis di Kaltim, namun cukup stabil perolehannya dibandingkan lapangan-lapangan migas lainnya,” jelas Muhar, yang didampingi Legal & Relation Assistant Manager Pertamina EP Sangatta, Ifni Hidayat, seperti ditulis Selasa (7/7).
Menurut ia, pencapaian produksi sebesar itu tidak mudah, karena banyak usaha yang harus dilakukan untuk menahan dan memperkecil laju produksi alami. Bahkan, beberapa sumur minyak yang dimiliki Pertamina EP Sangatta mengalami kenaikan “water cut” yang mendekati 100 persen, artinya 100 barel fluida yang diambil dari dalam bumi hampir seluruhnya adalah air.
Selain itu, lanjut Muhar, dari sisi eksternal juga terdapat masalah sosial yang berkaitan dengan masyarakat dan perizinan. “Semua itu tentunya berpengaruh langsung maupun tidak langsung terhadap produksi di lapangan,” tambah Muhar.
Oleh karena itu, ia meminta dukungan Pemkab Kutai Timur dan para pemangku kepentingan di daerah setempat agar kinerja perusahaan dalam kegiatan produksi berjalan lancar. “Kami sadar dalam menjalankan operasional produksi minyak bumi di wilayah Sangatta ini tidak lepas dari peran penting para pemangku kepentingan untuk turut merawat dan menjaga objek vital nasional,” ujarnya.
Sementara itu, Kepala Perwakilan SKK Migas Wilayah Kalimantan- Sulawesi Nazvar Nazar yang hadir pada kesempatan itu, mengatakan keberadaan usaha pertambangan migas menjadi salah satu penyokong perekonomian daerah, termasuk memberikan kontribusi terhadap APBD.
“Kami membutuhkan dukungan dalam pengurusan perizinan, penyediaan lapangan kerja, penyelesaian permasalahn sosial, dan penyaluran tanggung jawab sosial perusahaan dengan tepat sasaran,” katanya.
Menurut Nazvar, banyaknya persoalan di daerah, terutama kasus sengketa lahan dengan masyarakat, menjadi salah satu faktor yang dapat menghambat pencapaian target produksi migas.
Artikel ini ditulis oleh: