Jakarta, Aktual.co — Sejumlah pemimpin Asia Afrika menyerukan perang bersama melawan aksi terorisme, pada saat bersamaan di New York, Sekretaris Jenderal PBB Ban Ki-moon, mengatakan dunia harus bersatu melawan ekstremisme.
Meskipun para pelaku teror dan kaum ekstrem mengatasnamakan agamai, namun secara ideologi mereka bertentangan dengan ajaran kepercayaan apa pun. “Agama tidak mengakibatkan kerusuhan, manusia yang menyebabkannya,” ujar Ban, Kamis (23/4).
Pernyataan itu disampaikan Ban setelah debat Sidang Majelis Umum mengenai peningkatan toleransi dan strategi praktis guna menangkal ekstremisme.
“Para pemimpin kepercayaan dapat memainkan peran yang sangat penting, dan peran inti, dalam mengobati perpecahan sektarian dan menangkal kekuatan radikal,” katanya lagi.
Ban mendesak semua pemimpin agama agar memanfaatkan pengaruh dan moral mereka untuk menangkal ideologi ekstrem dengan meningkatkan saling pengertian. Ban juga mengatakan PBB pada pengujung tahun ini akan mengajukan rencana aksi yang menyeluruh guna mencegah kerusuhan ekstrem.
Hampir bersamaan waktunya, saat Sidang Pleno I Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Peringatan 60 Tahun Konferensi Asia Afrika (KAA) di Jakarta Convention Centre (JCC), Presiden Republik Islam Iran Hassan Rouhani mengatakan, penghormatan terhadap agama, etnik, dan ras menjadi dasar untuk mengatasi terorisme.
Aksi nyata untuk mencegah terorisme harus dilakukan oleh para pemimpin agama. “Dalam pencegahan terhadap terorisme, tidak ada perbedaan antara Muslim, Kristen, Yahudi, Budha, atau Afrika, Asia dan Eropa. Agama tidak boleh dijadikan alat politik, apalagi Islam yang memiliki pesan perdamaian kepada dunia,” kata Hassan.
Dia menyebutkan penyebab bergabungnya banyak pemuda dengan kelompok teroris harus cepat diketahui. “Persoalan budaya dan dan ekonomi yang menyebabkan paham radikal harus mampu diidentifikasi.”
Hal senada juga disampaikan Raja Abdullah II Ibnu Al Hussein dari Yordania yang menyatakan perlu kerja keras bangsa-bangsa Asia dan Afrika untuk bersama menyusun strategi mewujudkan kesejahteraan.
Raja Abdullah menegaskan saat ini sejumlah negara seperti Syria, Irak, dan Nigeria menghadapi persoalan keamanan, sehingga diperlukan penguatan Kerjasama Selatan untuk menyelesaikan persoalan tersebut.
Sementara itu, Perdana Menteri Kamboja Hun Sen mengatakan keinginannya untuk berbagi informasi dengan pemerintah Indonesia dalam memerangi terorisme dan kelompok radikal. “Melawan kelompok radikal dan terorisme melalui berbagi informasi,” ujarnya.
Menurut dia, membangun kerjasama keamanan antar kedua benua harus segara dilaksanakan. Perdamaian yang diciptakan melalui kerjasama tersebut akan membuat negara di Asia dan Afrika tidak ragu menanamkan investasi serta membangun hubungan bilateral yang lebih baik. “Banyak keuntungan yang didapat melalui berbagai kerjasama namun harus memprioritas keamanan.”
Sedangkan Perdana Menteri Sheikh Hasina Wajed menegaskan teroris dan kelompok radikal tidak mempunyai agama maupun ras, maka harus diberantas dari muka bumi. “Adanya Kerjasama Selatan-Selatan dapat melawan tindakan terorisme dan kelompok radikal yang ada,” kata dia.
Artikel ini ditulis oleh:
Wisnu

















