Jakarta, Aktual.co — Nampaknya, Pemerintah Thailand percaya diri dalam mengatasi kekhawatiran atas penangkapan ‘illegal fishing’ di negaranya, yang dapat mengakibatkan larangan perdagangan dari Uni Eropa. Uni Eropa memperingatkan, bahwa mereka akan memblokir impor makanan laut dari Thailand dalam waktu enam bulan.
Sekitar 15 persen ekspor makanan laut Thailand ditujukan untuk Uni Eropa. Tahun lalu, Thailand mengirim 145.907 ton produk ikan senilai hampir USD700 juta ke negara-negara Uni Eropa.
“Kegagalan untuk mengambil tindakan tegas terhadap ‘illegal fishing’ akan membawa konsekuensi, dengan menggunakan pangsa pasar kami, Uni Eropa semakin menjadi pemain penting,” ujar Komisaris Eropa untuk Lingkungan, Kelautan dan Perikanan, Karmenu Vella demikian dilansir BBC Business, Kamis (23/4).
Uni Eropa mengatakan, bahwa telah memberikan sanksi serupa kepada Belize, Guinea, Kamboja, dan Sri Lanka. Sejauh ini, hanya Belize yang telah dihapus dari daftar hitam (blacklist). Filipina dan Korea Selatan juga mendapat ‘kartu kuning’ peringatan dari Uni Eropa.
Vella mengatakan, bahwa kedua negara telah mengambil tindakan yang bertanggung jawab, mengubah sistem hukum mereka, dan beralih ke pendekatan proaktif terhadap ‘illegal fishing’.
Industri perikanan Thailand saat ini berada dalam pengawasan beberapa dunia setelah penyelidikan menemukan, adanya perdagangan manusia, kerja paksa, dan penganiayaan di dalam kapal pengangkut ikan.
Diperkirakan, bahwa lebih dari 300 ribu orang bekerja di sektor perikanan Thailand. Namun demikian, banyak dari para pekerja imigran ilegal dari negara tetangga seperti Myanmar dan Kamboja.
Artikel ini ditulis oleh:

















