Jakarta, Aktual.com — Wajah-wajah senyum terlihat di pramugari kereta api di saat arus mudik, bahkan saat lebaran, sekalipun mereka tak sempat bersilaturahmi dengan keluarga. Paling tidak, sms memohon maaf atau menelpon orang tua tetap tak ketinggalan.

Namun siapa sangka, dibalik wajah sumringahnya, ada perasaan getir di hati. Maklum, selain tak bisa berkumpul bersama keluarga disaat lebaran, mereka kerap kali menjadi emosi para pemudik yang lelah. Padahal, pramugari tidak kalah lelahnya.

“Kalau kereta berhenti, kita harus berdiri di depan kereta api dan memberi salam ke penumpang yang akan masuk. Saat kereta sudah berangkat, kita masih tetap berdiri dan mondar-mandir melayani penumpang selama 15 jam dari Surabaya Jakarta atau sebaliknya.” kata Anggraeni, salah satu pramugari KA kelas eksekutif saat di Stasiun Pasar Turi Surabaya, (17/7).

Bahkan, ketika kereta sudah berhenti sampai satasiun tujuan, pramugari hanya istirahat sebentar untuk menahan lelah.

Maklum, masa arus mudik, rasa lelahnya berbeda dengan hari-hari normal. Meski demikian, pramugari tetap dituntut bersikap profesional, senyum dan ramah.

Sayangnya, selama arus mudik, para pramugari kerap menjadi korban emosi pemudik.

“Selama mudik, penumpang itu gampang marah. Mungkin mereka juga lelah karena membawa barang-barang banyak dan desak-desakkan. Kita bisa maklum.” lanjutnya.

Anggraeni mencontohkan, saat berjalan di dalam kereta yang melaju, tanpa sengaja menyenggol kaki penumpang, penumpang yang terbangun langsung marah di hadapan penumpang lain.

Belum lagi ketika tidak mendengar permintaan penumpanng lantaran kencangnya suara mesin kereta. Si penumpang bisa langsung memakinya dengan kata-kata tidak sopan.

Namun, lagi-lagi pramugrari tetap bersikap profesional, ramah dan senyum.

Artikel ini ditulis oleh:

Nebby