Jakarta, Aktual.co — Fase kehidupan seorang perempuan dimulai dari masa anak-anak (0-12 tahun), usia produktif (13-44 tahun) dan menopause (di atas 45 tahun).
Menurut dr. Ardiansjah Dara, SpOG, dalam setiap fase tersebut wanita akan mengalami perubahan di dalam tubuhnya. Apalagi ketika memasuki usia produktif.
Kata dokter Ardiansjah, wanita akan mengalami menstruasi atau haid yang merupakan akibat dari perubahan fisiologis dalam tubuhnya, yang dipengaruhi oleh hormon reproduksi, baik esterogen maupun progesteron.
Hal tersebut menandakan tanda awal masa kesuburan atau masa produktif bagi setiap kaum hawa.
Sementara itu, di tahap menopause, masa kesuburan berakhir akibat mulai menurunnya kadar hormon estrogen dan progesteron.
“Perubahan fisiologis dalam tubuh wanita, bukan hanya mempengaruhi perubahan pada tubuh fisik saja, namun juga kondisi psikisnya. Secara psikis, fluktuatifnya hormon estrogen dan progesteron berpengaruh pada ‘mood’, ” jelasnya, ditemui di acara ‘21 Tahun Kiranti, Sahabat Terbaik Wanita’ di kawasan Gatot Subroto, Jakarta, Rabu (22/4).
“Fase menstruasi terjadi ketika luruh dan dikeluarkannya lapisan dinding rahim dari tubuh, disebabkan berkurangnya kadar hormon estrogen dan progesteron. Hal ini mau tidak mau bisa menyebabkan daya tahan tubuh menurun, tubuh mudah lelah dan timbul ‘mood swing’,” ujar perempuan yang akrab disapa dr Dara ini.
Dokter Dara kembali mengatakan, rasa nyeri pada saat menstruasi bisa saja muncul ketika tubuh melepaskan hormon prostaglandin, yang bekerja merangsang kontraksi otot yang diperlukan untuk meluruhkan lapisan dinding rahim.
“Jadi seiring otot rahim berkontraksi dalam upaya meluruhkan lapisan dinding rahim, rasa nyeri atau kram umumnya juga turut menyertai,” jelasnya lagi.
Lebih lanjut, dr. Dara menerangkan, produk yang terbuat dari bahan alami atau herbal memang tidak mengandung efek samping dan lebih bersahabat dengan tubuh sehingga bisa bermanfaat mengurangi rasa sakit dikala rasa perih menyerang wanita yang sedang datang bulan.
Namun, kata ia, bagi perempuan, ada baiknya yang perlu dicermati lebih dulu mengetahui mengenai standar pembuatan, uji khasiat atau uji klinisnya, sebelum mengonsumsi obat-obatan alami maupun herbal.
Artikel ini ditulis oleh:

















