Jakarta, Aktual.co — PT Pertamina (Persero) memperkirakan impor Premium akan berkurang ke depannya jika produk Pertalite berhasil dipasarkan ke khalayak masyarakat.

Direktur Pemasaran Pertamina Ahmad Bambang menegaskan bahwa hingga saat ini, Indonesia masih mengimpor premium dikarenakan kapasitas kilang yang dimiliki Indonesia hanya mampu memenuhi 40 persen kebutuhan BBM khususnya premium.

“Sebanyak 60%-nya lagi dari luar negeri dengan jumlah 10 juta barel per bulan. Prediksi kilang akan kami lakukan nanti. Seperti yang kita ketahui, kapasitasnya sangat jauh berkurang 50% dan kita kebuthan impor yang 60%,” kata Ahmad di Jakarta, Rabu (22/4).

Ahmad juga menjelaskan, bahan baku Pertalite terdiri dari produk kilang domestik yakni nafta yang memiliki kadar RON 70, kemudian dicampur High Octane Mogas Component (HOMC) RON 92.

“Dengan adanya pertalite ini, impor kita akan bekurang karena pertalite itu nafta dan HOMC, nafta akan diblending (campur) dengan HOMC,” ungkap Ahmad.

Berdasarkan informasi yang didapat Aktual, BBM jenis Pertalite akan dibuat atau diblending pada fasilitas tanki PT TPPI di tuban. PT TPPI ini akan dijalankan dengan memproduksi nafta dan sedikit HOMC. Namun bahan baku terbesar HOMC merupakan bahan impor.

Belum lagi Pertalite merupakan jenis BBM yang belum pernah ada di dunia, lebih parah dari premium, pertalite tidak ada benchmark harganya.

Sedangkan HOMC (high octane mogas component) memiliki oktan tinggi yang bila dicampur nafta yg oktan rendah jadi Pertalite dengan komposisi tertentu.

Premium yang disuplai ke indonesia, kadar octane-nya banyak yang sudah 90, harganya sama dengan premium. Jika Pertamina memakai skema Pertalite ini, untungnya bisa mencapai USD22 per barrel. Siapakah di belakang semua ini, Ari Soemarno?

Artikel ini ditulis oleh:

Eka