Jakarta, Aktual.com – Wakil Ketua Komite III DPD RI Fahira Idris menilai bahwa isu agama sedang ‘dimainkan’ oleh sebagian oknum untuk mengobok-obok Papua. Hal itu menanggapi pembakaran masjid di Tolikara, Papua, saat perayaan Idul Fitri 17 Juli 2015 lalu.

“Benih-benih perpecahan dan penyerangan masjid di Karubaga, Tolihara, telah terlihat sejak beredarnya surat edaran dari Gereja Injili Di Indonesia (GIDI),” ungkapnya di Jakarta, Rabu (22/7).

Dalam surat tersebut diterangkan bahwa umat muslim dilarang untuk memperingati dan merayakan hari raya Idul Fitri. Fahira berharap dengan beredarnya surat seperti itu, seluruh lapisan masyarkat, termasuk pemerintah pusat dan daerah, mampu mengubah cara pandang mereka terhadap insiden penyerangan di sana.

Ia juga menuntut agar pihak atau otoritas keamanan tidak hanya mengusut dan menangkap mereka yang terlibat penyerangan langsung. Selain itu, otak di balik insiden ini juga harus ditangkap dan diadili serta diungkap apa motifnya.

Selain itu, pemerintah bergerak dan fokus dalam menyelidiki penyerangan di Tolihara. Tujuannya, agar perpecahan itu tidak menjalar dan memicu lahirnya konflik lain. Ia percaya masyrakat Papua terkenal toleran, apalagi menyangkut urusan agama.

“Penyerangan masjid di sana, lanjutnya, harus menjadi sinyal bahwa ada pihak-pihak yang sengaja membuat Papua tetap bergolak,” tutupnya.

Artikel ini ditulis oleh: