Jakarta, Aktual.com — Keberagaman suku, agama, budaya dan kebiasaan, harus dibungkus oleh semangat nasionalisme.

“Agama manapun tidak akan pernah mampu menyatukan suatu bangsa, tanpa dibarengi dengan semangat nasionalisme (kebangsaan),” kata mantan petinggi polri, Komjen Pol (Purn) Togar Sianipar, Kamis (23/7).

Menurut Togar, permasalahan di Tolikara, Papua, sebagai sesuatu yang wajar dalam kehidupan bangsa Indonesia yang penuh dengan kemajemukan (Plural). Beragam suku, budaya, kebiasaan, agama, dan juga dilengkapi dengan kekayaan ras.

Semua itu sebenarnya adalah kekuatan, oleh karena itu pula harus diikat oleh semangat kebersamaan serta semangat nasionalisme.

“Tetapi kehidupan bangsa Indonesia itu dinamis, bahkan sangat dinamis, apalagi secara geografis wilayah Indonesia berada diantara 2 Benua dan 2 Samudera. Sehingga, sangat mempengaruhi didalam segenap aspek kehidupan, baik ideologi, politik, ekonomi, sosial–budaya, pertahanan dan keamanan,” ujar Togar.

Pria yang pernah menjabat sebagai Kadispen Mabes Polri ini menambahkan, kekuatan sebagai negara bangsa (nation state) yang dibangun dari keberagaman tadi akan menjadi kelemahan, apabila kita sebagai bangsa yang dipandu oleh pemerintah tidak pandai mengelolanya dengan baik.

“Di dalam semangat nasionalisme, terkandung nilai–nilai kesetaraan, keadilan, kebersamaan, tenggang rasa, toleransi, saling menghormati dan saling menghargai antara satu dengan yang lainnya,” ujar dia.

Hal itulah yang mesti dibangun oleh para pemimpin di semua tingkatan dan di semua lingkungan.

“Kejadian di Tolikara harus menjadi koreksi dan harus menyadarkan seluruh pemimpin di negeri ini, betapa semangat nasionalisme yang sangat dibutuhkan oleh bangsa ini untuk mewujudkan tujuan dan cita–cita nasional harus menjadi perhatian yang lebih sungguh–sungguh.”

Artikel ini ditulis oleh: