Jakarta, Aktual.com —  Bursa Efek Indonesia (BEI) Daerah Istimewa Yogyakarta menilai tingkat literasi keuangan masyarakat masih rendah sehingga belum memahami cara berinvestasi secara komprehensif serta cara menghindari risikonya.

“Masih maraknya kasus investasi bodong saat ini, di mana masih banyak masyarakat yang menjadi korbannya menandakan bahwa masyarakat belum melek keuangan dan investasi,” kata Kepala BEI Daerah Istimewa Yogyakarta Irfan Noor Riza di Yogyakarta, Minggu (26/7).

Dia mengatakan berdasarkan data terakhir sejak awal 2015 dari Otoritas Jasa Keuangan (OJK), terjadi kasus penipuan berkedok investasi atau investasi bodong sebanyak 200 kasus.

Padahal, ia mengatakan, untuk lokal DIY, jumlah investor pasar modal hingga Desember 2014 tercatat 10.167 orang , dengan transaksi mencapai Rp207 miliar, atau naik dari November yang masih sebanyak 9.783 orang.

Hingga saat ini, BEI DIY bersama-sama dengan OJK DIY masih melakukan berbagai upaya sosialisasi guna menghindarkan calon investor pasar modal di Yogyakarta dari penipuan.

Ia juga berharap bagi masyarakat yang belum memahami cara berinvestasi atau telah menjadi korban penipuan investasi dapat langsung mendatangi Kantor BEI DIY serta OJK DIY.

“Yang sulit ini jika tidak ada korban yang melapor, sehingga tidak bisa ditindaklanjuti oleh OJK,” kata dia.

Kepala Kantor OJK DIY Dani Surya Sinaga mengatakan pembekalan mengenai jasa keuangan, penting diberikan kepada masyarakat sejak dini, sebab menghadapi Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) berbagai industri jasa keuangan akan menjamur di Indonesia.

Ia mengemukakan tanpa literasi keuangan yang memadai, masyarakat tidak akan memahami konsekuensi atau risiko finansial yang ditimbulkan ketika menggunakan produk jasa keuangan, baik bank maupun nonbank.

“Sebab sampai sekarang masih banyak orang-orang dewasa yang belum betul-betul paham mengenai jasa keuangan meskipun sebagian besar telah menggunakannya,” kata dia.

Artikel ini ditulis oleh:

Eka