Jakarta, Aktual.com — Mungkin Anda terdorong atau penasaran untuk terus menonton tayangan TV atau berita di media online terkait dengan pemenggalan yang dilakukan oleh tentara ISIS terhadap korbannya atau video seksual, padahal konten tersebut merupakan hal yang ‘menjijikan’.
Namun, tahukah Anda, mengapa kita terdorong untuk menonton atau berbagi konten tersebut, padahal kita tahu itu akan membuat kemarahan?
Dilansir dari HuffingtonPost, Professor Bridget Rubenking dari University of Central Florida, Amerika Serikat, yang melakukan penelitian untuk berusaha mempelajari lebih lanjut tentang ‘jijik’ dengan melakukan survei (fisiologis) terhadap 130 Mahasiswa yang menyaksikan adegan film yang meresahkan (kekerasan) tersebut.
Apa yang dihasilkan oleh penelitian tersebut? Konten ‘menjijikan’ yang selalu populer itu berdasarkan kenyataan (fakta), bahwa penonton atau pembaca sulit untuk melupakannya.
Dalam studi yang dilakukan Rubenking, menjelaskan, bahwa memori peserta selalu ingat (lebih baik) dari gambar atau foto ‘menjijikan’ serta adegan yang mereka lihat.
“‘Jijik’ benar-benar bertindak seperti ‘interupsi kognitif’. Anda tidak lupa apa yang Anda lihat karena hal-hal ‘menjijikkan’ menjadi satu-satunya hal yang menonjol dalam pesan tersebut,” jelas Rubenking.
Ditambah dengan “dorongan dan kebutuhan untuk memberitahukan kepada orang lain” tentang apa yang Anda lihat, kata Editor Senior Brad Kim, dalam tayangan live di HuffPost bersama dengan Rubenking.
“Untuk meminjam kata-kata dari ‘aksioma Internet’, ‘Apa yang telah terlihat tidak bisa terlihat. Tapi apa yang belum pernah terlihat, tetapi asa ingin untuk melihat, harus dilihat,” kata Kim.
“Ini adalah jenis psikologi yang mendasari yang mendorong orang untuk mengatakan, ‘Oh yeah, aku ingin melihat dan saya ingin tahu bagaimana video ‘jijik’ bisa saya dapatkan.”
Dan, sebenarnya ada manfaat kognitif untuk menonton dan berbagi konten yang ekstrim tersebut.
“Bagian dari itu dapat dijelaskan dengan ‘inheren’ menjadi manusia dan ingin belajar dari apa yang menjijikkan, sehingga Anda tidak menjadi ‘mayat menjijikkan’ atau Anda tidak ‘makan’ hal yang salah,” kata Rubenking.
“Ada sesuatu yang sangat ‘dingin’ serta salah dalam kehidupan sosial kita tentang tanggapan ‘jijik’ bahwa kita tidak melihat dalam semua jenis genre tayangan.” (Sumber: Huffington Post)
Artikel ini ditulis oleh: