Jakarta, Aktual.co — KBRI Den Haag bekerjasama dengan Rumah Budaya Indonesia dan Bengkel Tari Ayu Bulan menghadirkan maestro Tari Legong Dr. Bulantrisna Djelantik untuk memperingati “World Heritage Day” di Belanda Bulantrisna diundang untuk melakukan pertunjukan dan workshop Legong yang dikemas dengan tajuk “Legong Poetic Dialogue” dalam acara yang berlangsung di Aula Nusantara KBRI Den Haag, akhir pekan.

Minister Counsellor Penerangan, Sosial dan Budaya KBRI Denhaag, Azis Nurwahyudi Selasa (21/4), mengatakan selain di KBRI Den Haag, workshop “Legong Poetic Dialogue” juga diselenggarakan di Universitas Leiden dan ditampilkan pada Acara Indomania di kota Amsterdam.

Kuasa Usaha Ad Interim KBRI Den Haag Ibnu Wahyutomo menyampaikan pertunjukan itu merupakan bagian dari kampanye Indonesia untuk melestarikan Tari Legong dan mendapatkan pengakuan sebagai warisan budaya dunia dari UNESCO, selain ikut memperingati ‘World Heritage Day’ yang jatuh 18 April.

Sementara itu, Bulantrisna Djelantik adalah seorang maestro Legong yang karyanya sudah dikenal dunia, salah satunya adalah Legong Asmaradana.

Bulantrisna juga memiliki hubungan khusus dengan Belanda karena dilahirkan di kota Deventer ketika ayahnya yang merupakan keturunan Raja Karang Asem sedang menuntut ilmu di negara tersebut.

Hasil karya Bulantrisna “Legong Kupu-kupu Carum” dibawakan oleh dua penari dari Bengkel Tari Ayu Bulan sedangkan Bulantrisna menarikan Tari Legong Lasem yang menceritakan kisah penculikan putri Langkesari oleh Raja Lasem.

Selain kedua pertunjukan tari, Bulantrisna juga melakukan presentasi mengenai filosofi Legong yang telah bertahun tahun menjadi salah satu tarian yang sering dipentaskan pada kegiatan budaya di Bali.

Saat ini, Indonesia tengah mendaftarkan sembilan tarian ke UNESCO sebagai warisan budaya dunia yakni Sang Hyang Dedari, Legong Kraton, Rejang, Gambuh, Topeng, Barong, Baris Joged Bumbung dan Wayang Wong.

Dalam kesempatan itu Bulantrisna mengajak hadirin untuk turut mengkampanyekan agar tarian-tarian tersebut segera menapat pengakuan dari UNESCO.

Pertunjukan Bulantrisna dihadiri oleh banyak kolega dan muridnya dari berbagai kota di Belanda yang hadir untuk membiarkan diri mereke terpesona mengikuti setiap gerak-gerik tarian.

Artikel ini ditulis oleh: