Jakarta, Aktual.co — Direktur Eksekutif Komite Penghapusan Bensin Bertimbel (KPBB) Ahmad Safrudin menilai langkah PT Pertamina (Persero) meluncurkan BBM baru Pertalite sebagai langkah untuk menutupi kerugian pada periode Januari dan Februari 2015 yang mencapai USD212 juta atau setara dengan Rp2,7 triliun. Pasalnya, Pertalite dijual dengan harga yang lebih tinggi dari Premium, padahal dilihat dari segi kualitas atau kadar oktan jelas menunjukan tidak ada upaya signifikan yang dilakukan Pertamina.
“Kalau Pertamina merugi di sektor tertentu, jangan dibebankan ke rakyat, ini tidak fair. Bisa saja (untuk tutupi kerugian), tapi sangat tidak fair kalau kesalahan manajemen yang menyebabkan kerugian lalu dibebankan ke masyarakat,” kata Ahmad di kantornya, Jakarta, Selasa (21/4).
Ia juga menilai bahwa sangat tidak mungkin Pertamina mengalami kerugian, mengingat Pertamina sendiri tidak pernah menjual BBM dengan harga di bawah keekonomian.
“Menurut analisa kami, sangat tidak mungkin Pertamina merugi, karena Pertamina tidak pernah menjual BBM dengan harga di bawah, sekalipun ada, itukan di subsidi oleh Pemerintah. Jadi sangat aneh jika Pertamina merugi,” ungkapnya.
Selain itu, lanjutnya, salah satu inefisiensi Pertamina adalah permainan oil trader. “Kerugiannya kan tidak jelas, akibat apa? Jadi sebenarnya kerugian-kerugian yang ada itu tidak dalam konteks pendistribusian ke masyarakat tapi dari segi pengadaan. Makanya transparansi sangat dibutuhkan,” tutupnya.
Artikel ini ditulis oleh:
Eka













