Jakarta, Aktual.com — Pada perdagangan awal pekan sekaligus awal Agustus, First Asia Capital memperkirakan pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) akan bervariasi.
“Peluang penguatan lanjutan akan dibayangi aksi ambil untung menyusul masih minimnya insentif positif di pasar. Sentimen dari pasar global juga ikut membayangi perdagangan hari ini,” kata Analis Riset First Asia Capital David Sutyanto dalam keterangan tertulisnya kepada Aktual di Jakarta, Senin (3/8).
David memprediksi IHSG akan bergerak dengan support di 4750 dan resisten di 4830 rawan koreksi.
Dikatakannya, setelah bergerak dalam tren bearish sejak Juni lalu hingga di 4711, IHSG akhir pekan lalu sekaligus menandai perdagangan akhir Juli berhasil rebound dan tutup di 4802,520 atau naik 90,037 poin (1,9%). Aksi beli balik sejumlah emiten sektoral ditengarai dilakukan sejumlah fund untuk memperbaiki posisi portofolio pada perdagangan akhir Juli lalu. Kondisi ini memanfaatkan mometum rilis kinerja emiten sektoral paruh pertama tahun ini, Hampir seluruh harga saham sektoral menguat kecuali saham pertambangan.
“Namun dilihat sepekan maupun sepanjang Juli lalu, IHSG bergerak bearish. Selama sepekan IHSG koreksi 1,1 persen dan sepanjang Juli terkoreksi 2,2 persen melanjutkan koreksi Juni 5,8 persen,” ungkapnya.
Ia menerangkan, sepekan terakhir koreksi indeks terutama dipicu sentimen eksternal terkait kekhawatiran perkembangan ekonomi China dan tekanan harga komoditas. Aktivitas manufaktur China kembali mengindikasikan perlambatan pada ekonomi negara tersebut.
Indeks Manufacturing PMI China Juli turun ke 50,0 di bawah estimasi dan bulan sebelumnya masing-masing 50,2. Sebelumnya data laba perusahaan industri di China Juni 2015 turun 0,3 persen (yoy) dan sepanjang paruh pertama 2015 turun 0,7 persen (yoy). Perlambatan ekonomi China dan penguatan dolar AS membuat harga komoditas terus tertekan seperti harga minyak mentah yang anjlok 1,8% sepekan kemarin di USD47/barrel.
“Dari domestik, pasar digerakkan sentimen rilis laba emiten 1H15 dan kekhawatiran perlambatan ekonomi domestik menyusul tren depresiasi rupiah atas dolar AS yang berlanjut. Sepanjang Juli rupiah kembali tertekan 1 persen terhadap dolar AS berada di Rp13481 akhir Juli lalu,” tutup David.
Artikel ini ditulis oleh:
Eka