Setelah semua delegasi masuk ke Gedung Merdeka, sekitar pukul 09.00 WIB, rombongan Presiden dan Wakil Presiden Republik Indonesia, Soekarno dan Mohammad Hatta, tiba di depan Gedung Merdeka; disambut rakyat dengan sorak-sorai dan pekik “merdeka”. Di depan pintu gerbang Gedung Merdeka kedua pucuk pimpinan pemerintah Indonesia itu disambut oleh lima Perdana Menteri negara sponsor. Setelah diperdengarkan lagu kebangsaan Indonesia: “Indonesia Raya”, Presiden Soekarno mengucapkan pidato monumentalnya yang berjudul “Let a New Asia and New Africa be Born” (Lahirlah Asia Baru dan Afrika Baru).

Pada bagian pembukaan pidatonya, Presiden Soekarno antara lain mengingatkan bahwa:  Perjuangan melawan kolonialisme berlangsung sudah sangat lama, dan tahukah Tuan-tuan, bahwa hari ini adalah hari ulang tahun yang masyhur dalam perjuangan itu? Pada tanggal 18 April 1775, kini tepat 180 tahun yang lalu, Paul Revere pada tengah malam mengendarai kuda melalui distrik New England memberitahukan tentang kedatangan pasukan-pasukan Inggris dan tentang permulaan Perang Kemerdekaan Amerika, perang anti-kolonial yang untuk pertama kali dalam sejarah mencapai kemengangan. Mengenai perjalanan berkuda di tengah malam ini penyair Long-fellow menulis: ‘Teriakan menentang, bukan karena takut/Suara di malam gelap, ketok pintu, dan sepatah kata yang akan berkumandang sepanjang masa…/Ya, ia akan berkumandang sepanjang masa….’

Bung Karno lantas menyadarkan kembali perjuangan dan penderitaan rakyat Asia-Afrika. Gedung Merdeka sekarang ini, menurutnya, tidak hanya diisi oleh pemimpin-pemimpin Asia-Afrika yang hidup, tetapi juga oleh semangat dan jiwa “yang tak dapat dimatikan, tak dapat dijinakkan, dan tak dapat dikalahkan” dari generasi yang lalu dalam perjuangan kemerdekaannya.

Kemudian, beliau meyerukan semangat “bhinneka tunggal ika” dari dunia Asia-Afrika:  Ya, ada sifat berlainan di antara kita. Siapa yang akan membantahnya? Negara besar dan kecil ada dalam Konferensi ini, yang rakyatnya memeluk hampir semua agama di bawah kolong langit ini, agama Buddha, Islam, Kristen, Khonghucu, Hindhu, Zainisme, Agama Sikh, Zoroaster, Shinto dan lain-lain. Hampir segala paham politik kita jumpai di sini, Demokrasi, Monarkhie, Theokrasi, dengan segala bentuk yang berbeda-beda. Dan praktis semua ajaran ekonomi ada wakilnya di Gedung ini, Marhaenisme, Sosialisme, Kapitalisme, Komunisme dalam segala variasi dan kombinasi yang aneka-warna.Tetapi apa salahnya ada aneka-warna, asal ada persatuan keinginan dan cita-cita?

Tentang pentingnya persatuan dari segala keragaman ini, Bung Karno menyatakan: Saya berharap konferensi ini akan menegaskan kenyataan, bahwa kita, pemimpin-pemimpin Asia dan Afrika, mengerti bahwa Asia dan Afrika hanya dapat menjadi sejahtera, apabila mereka bersatu, dan bahkan keamanan seluruh dunia tanpa persatuan Asia-Afrika tidak akan terjamin. Saya harap konferensi ini akan memberikan pedoman kepada umat manusia, akan menunjukkan kepada umat manusia jalan yang harus ditempuhnya untuk mencapai keselamatan dan perdamaian. Saya berharap, bahwa akan menjadi kenyataan, bahwa Asia dan Afrika telah lahir kembali. Ya, lebih dari itu, bahwa Asia Baru dan Afrika Baru telah lahir!

Akhirnya beliau berpesan bahwa kolonialisme dengan segala bentuknya adalah hal yang jahat seraya mengingatkan bahwa kemerdekaan politik saja bukanlah akhir dari perjuangan melawan kolonialisme itu: Dan saya minta kepada Tuan-tuan, janganlah hendaknya melihat kolonialisme dalam bentuk klasiknya saja, seperti yang kita di Indonesia dan saudara-saudara kita di berbagai wilayah Asia-Afrika mengenalnya. Kolonialisme mempunyai juga baju modern, dalam bentuk penguasaan ekonomi, penguasaan intelektuil, penguasaan materiil yang nyata, dilakukan oleh sekumpulan kecil orang-orang asing yang tinggal di tengah-tengah rakyat….Dimana, bilamana dan bagaimanapun ia muncul, kolonialisme adalah hal yang jahat, yang harus dilenyapkan di muka bumi.

Bersambung

Oleh: Yudi Latif, Chairman Aktual

Artikel ini ditulis oleh: