Jakarta, Aktual.com — PT Pertamina (Persero) menargetkan migrasi dari Premium ke Pertalite sebesar 30 persen hingga akhir tahun. Target ini juga didorong oleh konsumsi Pertalite yang tiap hari terus menunjukkan kenaikan yang signifikan. Target 30 persen pun dirasa akan mudah dicapai jika selisih harga antara Premium dan Pertalite BBM di bawah Rp900.
“Kalau selisih harga di bawah Rp900, maka 20% hingga 30% premium akan bisa digantikan pertalite,” kata Direktur Pemasaran Pertamina Ahmad Bambang
di kantor Pusat Pertamina, Jakarta, Rabu (5/8).
Dikatakannya, per 4 Agustus 2015 rata-rata konsumsi Pertalite sudah tembus 4,5 kiloliter (KL) dan secara persentase, Pertalite sudah memegang market share sebesar 12 persen.
“Premium sudah turun di angka 68,5 KL. Yang pindah adalah mayoritas dari Premium, dari Pertamax sedikit hanya kurang dari 1 persen. Ini sesuai program kita,” jelas dia.
Menurutnya, jika harga premium sudah menggunakan formula yang benar, maka selisih alias delta harga Pertalite dan Premium akan semakin pendek. Melihat animo masyarakat yang positif terhadap Pertalite, perseroan berencana menambah jumlah Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum (SPBU) yang menjual Pertalite.
“Kami atas izin direksi mulai minggu ini akan nambah dari 101, nambah 14. Akan ngebut di Jabodetabek dulu. Karena banyak yang sms saya, pengen tahu dimana lagi. Karena memang masih lowong dan testimoni masyarakat juga menyambut positif,” tutupnya.
Seperti diketahui, PT Pertamina (Persero) pada semester I 2015 mencatatkan laba bersih sekitar USD570 juta. Laba bersih tersebut turun 46% dibandingkan periode yang sama tahun lalu USD1,13 miliar. (Baca: Laba Pertamina Anjlok 46 Persen Jadi USD570 Juta)
“Usaha hilir minyak menggerus laba usaha. Harga jual yang ditetapkan pemerintah tidak mengikuti formula yang pernah disepakati. Hal itu memberi makna bahwa memang pemerintah tidak serta merta mengikuti harga minyak dunia,” ujar Direktur Utama Pertamina, Dwi Soetjipto. (Baca: Pertamina Minta Dana Stabilisasi)
Artikel ini ditulis oleh:
Eka