Direktur Center For Indonesian Resources Strategic Studies (Ciruss), Disan Budi Santoso mengungkapkan bahwa saat ini terdapat pabrik pengolahan atau pemurnian (Smelter) milik perusahaan tambang yang tidak sesuai dengan ketentuan standar alias ‘abal-abal’.

“Intinya, smelter yang abal-abal tadi dia estimasi sumber dayanya tidak mengikuti kaidah standar, artinya dia tidak ngebor dengan cara tertentu, jumlah tertentu. Sumber daya dan cadangannya tidak mengikuti standar,” kata Disan kepada Aktual di Jakarta, Minggu (9/8).

Menurutnya, indikasi abal-abalnya smelter yang dimiliki suatu perusahaan dapat dilihat dari tidak jelasnya jumlah sumber daya dan cadangan yang dipaparkan.

“Dia bilang oh saya punya 5 juta – 10 juta ton. Itu gimana, kalau jumlahnya aja gapasti, bagaimana dia mendesain smelternya? Karena kalau smelter itu dimana saja selalu unik, didesain selalu berdasarkan dengan kondisi sumber daya dan cadangannya, jadi kalau itu gajelas, bagaimana mungkin dia mendesain smelter?,” ungkap Disan.

Ia menjelaskan, untuk pembangunan smelter, prosesnya harus juga didasarkan dari metalurgi test atau berdasar sifat-sifat metalurginya. Jadi, tidak semuanya biji mentah itu bisa dimasukan ke smelter.

“Makanya smelter yang sifatnya untuk beberapa tambang, itu bisa dilakukan jika tambang-tambangnya yang disekitarnya punya sifat-sifat yang mirip, jadi saya sering bilang itu smelter yang abal-abal karena dia terhitung untuk sumber daya dan cadangannya gajelas,” tambahnya.

Meski begitu, Disan enggan membeberkan lebih rinci siapa perusahaan tambang yang dimaksud dan ada berapa jumlah smelter abal-abal tersebut.

“Saya gatau banyaknya, tanya ke Ditjen Minerba,” tutup dia.

Artikel ini ditulis oleh:

Nebby