Jakarta, Aktual.co — Kebutuhan gula terus meningkat seiring pertumbuhan jumlah penduduk, perkembangan industri makanan dan minuman, hotel, dan industri lainnya. Kebutuhan gula pada saat ini diperkirakan mencapai 5,7 juta ton terdiri dari 2,8 juta ton gula kristal putih (GKP) untuk konsumsi langsung masyarakat dan 2,9 juta ton gula kristal rafinasi (GKR) untuk kebutuhan industri.
Direktur Industri Makanan, Hasil Laut, dan Perikanan Kementerian Perindsutrian, Abdul Rohim mengatakan ada beberapa hal yang menjadi penyebab terjadinya tekanan terhadap harga GKP di pasar domestik, salah satunya yaitu rembesan GKR. Menurutnya, rembesan GKR menyebabkan terjadinya over supply gula dan berpotensi menekan harga gula di pasar.
“Para pelaku usaha GKR yang nakal beberapa waktu yang lalu mungkin bisa melakukan itu (rembesan), tapi sekarang sudah dilakukan upaya agar semakin sulit dilakukan,” ujar Rohim di Menara Kadin Jakarta, Senin (20/4).
Lebih lanjut dikatakan dia, kemungkinan peyebab tekanan harga GKP lainnya yaitu kelebihan pemberian alokasi impor raw sugar melalui skema idle capacity. Selain itu, masuknya gula selundupan dari luar negeri juga sangat mempengaruhi perbedaan harga gula selama ini.
“Perbedaan harga gula di dalam dan luar negeri sangat tinggi, memicu penyelundupan. Makin besar perbedaan harganya, makin besar langgar pengawasan makin memicu terjadinya penyelundupan,” kata dia.
Selanjutnya, kualitas GKP yang tidak mengikuti perkembangan tuntutan konsumen juga menjadi penyebab perbedaan harga gula.
“Tidak jarang gula yang diproduksi oleh beberapa pabrik GK dan berwarna kecoklatan, sementara konsumen mengharapkan gula yang berwarna putih dan bersih,” pungkasnya.
Artikel ini ditulis oleh:
Eka