Jakarta, Aktual.com — Pertumbuhan ekonomi Indonesia di triwulan II-2015 mengalami penurunan yang cukup signifikan. Hal itu disebabkan oleh dua faktor, yang datang justru dari lingkaran Presiden Joko Widodo dan Partai Pengusungnya.
Pertama, menurut Bendahara Umum Partai Golkar Bambang Soesatyo, Jokowi dan Partai Pengusungnya dianggap terlalu sibuk mempersiapkan penyelenggaraan Pilkada serentak, yang akan digelar Desember 2015 mendatang.
“Salah urus yang paling menonjol adalah lambannya penyerapan anggaran. Hingga akhir Juli 2015, realisasi belanja negara baru Rp 913 triliun atau 46 persen dari Pagu belanja Rp 1.984 triliun. Volume belanja barang dan belanja modal masih sangat rendah,” kata Bambang di Jakarta, Minggu (9/8).
Penyebab kedua, sambung dia, karena lambatnya laju pertumbuhan ekonomi Indonesia, adalah karena penggodokan nomenklatur Kementerian dan Lembaga (KL) yang tak kunjung usia.
“Salah urus kedua tampak pada fakta endapan dana pembangunan sebesar Rp 273 triliun milik semua Pemerintah Daerah. Dana sebesar itu, tidak digunakan untuk mendinamisasi pembangunan daerah, tetapi disimpan di perbankan dalam bentuk 4,7 persen,” ujar dia.
Maka dari itu, lanjut Bambang, Jokowi dan Partai pengusungnya dihimbau jangan lagi membuat kebisingan dan menggoreng isu-isu yang tidak berkaitan dengan persoalan ekonomi rakyat.
“Presiden dan Partai pengusungnya harus dokus memperbaiki salah urus ekonomi,” tegas Bambang.
Berdasarkan data resmi Badan Pusat Statistik (BPS), pertumbuhan ekonomi Indonesia triwulan II-2015 hanya 4,67 persen, angka itu berkurang dari triwulan I-2015 yang mencapai 4,72 persen. Sehingga, pertumbuhan ekonomi semester I 2015 hanya sebesar 4,70 persen.
“Data resmi yang disajikan BPS itu, mengkonfirmasi keresahan para pebisnis dalam negeri. Terjadi kelesuan di semua sektor bisnis akibat menurunnya permintaan. Kelesuan itu menyebabkan banyak perusahaan gagal bayar (default). Selain itu, pemutusan hubungan kerja sudah terjadi di berbagai sektor usaha,” kata dia.
Artikel ini ditulis oleh:
Wisnu