Jakarta, Aktual.co — Pemerintah dalam Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJMN) 2015-2019 menargetkan produksi gula mencapai 3,8 juta ton. Namun, hal tersebut menimbulkan polemik dalam industri gula di dalam negeri yang terbagi dalam dua kelompok, yakni gula kristal putih (GKP) untuk kebutuhan langsung dan gula kristal rafinasi (GKR) untuk kebutuhan industri makanan/minuman.
Beberapa pihak menilai terdapat rembesan GKR ke pasar GKP. Berdasarkan hasil verifikasi Kementerian Perdagangan (Kemendag) tahun 2014, rembesan gula rafinasi tersebar di 716 pengecer, di 111 pasar di 12 provinsi di Indonesia.
“Ada impor untuk mengisi idle capasity (mengisi kekosongan di luar musim giling/comissioning test), yang sebetulnya mengolah raw sugar tapi mengolah kristal putih,” ujar Dirjen Perdagangan Dalam Negeri Kemendag, Srie Agustina di Menara Kadin Jakarta, Senin (20/4).
Lebih lanjut dikatakan dia, GKR masih sangat diperlukan untuk kebutuhan industri dalam negeri. Pasalnya, sampai dengan saat ini belum ada pabrik gula di Indonesia yang dapat menyediakan raw sugar sebagai bahan baku industri makanan dan minuman.
“Tapi kita tidak beri izin raw sugar untuk idle capasity. Distributor, sub distributor, pengecer sudah tidak boleh lagi menjual ke konsumen, berdasarkan aturan Surat Mendag No 1300/2014, ada indikasi rembesan,” kata dia.
Srie berharap saat ini tidak ada lagi rembesan gula dan saling curiga
antara industri gula di Indonesia. “Sekarang ini yang paling penting mendorong bagaimana industri gula berbasis tebu yang terintegrasi dengan rafinasi, meningkatkan produksi, menjaga harga gula di tingkat petani dan konsumen, distribusi gula sesuai peruntukannya, dan mengendalikan impor,” pungkasnya.
Untuk diketahui, berdasarkan data Kementerian Pertanian kebutuhan langsung GKP tahun 2015 mencapai 2,81 juta ton, dengan konsumsi rumah tangga mencapai 1,63 juta ton, industri rumah tangga 398 ribu ton, dan konsumsi khusus 781 juta ton. Sedangkan kbutuhan industri GKR mencapai 2,62 juta ton, industri besar mencapai 2,2 juta ton (85 persen), industri menengah 370 ribu ton dan industri kecil dan mikro sebesar 100 ribu ton yang totalnya mencapai 15 persen.
Artikel ini ditulis oleh:
















