Jakarta – Ketua Asosiasi Ilmu Politik Indonesia (AIPI) Cabang Kupang, Nusa Tenggara Timur Dr Acry Deodatus mengatakan pilkada serentak 2015 sepi peminat, karena mahar politik terlalu memberatkan para kandindat.

“Ada banyak figur pemimpin yang berniat menjadi calon, tetapi tidak bisa karena tidak memiliki uang dalam jumlah besar untuk membeli partai politik,” kata Acry Deodatus, Selasa (11/8), terkait sepinya peminat untuk maju dalam pilkada serentak 2015.

Di beberapa daerah, ada sejumlah pasangan calon terpaksa menarik diri karena tidak memiliki uang yang cukup untuk membeli partai politik yang menawarkan “mahar” setinggi langit.

Sebastias Salang, misalnya, sudah memproklamirkan diri untuk maju dalam pilkada di Kabupaten Manggarai, Flores, Nusa Tenggara Timur tetapi harus mengundurkan diri di menit-menit terakhir karena mahar politik yang ditawarkan, tak sanggup digapainya.

“Ini contoh konkrit, dan menjadi salah satu penyebab sepinya peminat untuk maju dalam pilkada serentak 2015,” katanya.

Mengenai wacana calon tunggal dilantik, dia mengatah sah-sah saja karena demokrasi tidak harus melalui sebuah proses pemilihan dengan calon lebih dari satu.

“Demokrasi itu kebebasan. Orang diberi kebebasan untuk mencalonkan atau tidak mencalonkan diri. Kalau ada yang mau mendaftar maka sudah menyumbang untuk suatu proses demokrasi. Silakan rakyat pilih walaupun hanya satu calon,” katanya.

Menurut dia, ada tiga hal yang bisa terjadi dalam sebuah proses pemilihan, yakni adanya golput, suara tidak sah dan suara sah. “Tinggal KPU membuatkan aturannya saja,” katanya menambahkan.

Ia mencontohkan, pasangan bisa dilantik apabila memperoleh suara sah 50 persen plus satu suara atau hitung-hitungan lain yang demokratis.

Artinya, kata Deodatus, calon tunggal juga bisa dilantik, walaupun belum diatur dalam undang-undang, karena tidak mencederai demokrasi.

Artikel ini ditulis oleh: