Jakarta, Aktual.com — Rupiah siang ini hampir menyentuh Rp14.000 per dolar AS. Ini tidak lepas dari pengaruh China yang melakukan devaluasi terhadap mata uangnya, yuan.
Menteri Keuangan Bambang Brodjonegoro mengatakan pengaruh devaluasi yuan terhadap rupiah tidak terlalu signifikan. Namun, yang akan terganggu adalah sektor riil.
“Justru impor berkurang, kalau kursnya menguat maka impor akan berkurang. Kita justru banyak memakai dalam negeri. Tapi sektor riil yang benar-benar tergantung impor pasti sangat terganggu,” ujar Bambang di Kemenko Perekonomian Jakarta, Rabu (12/8).
Lebih lanjut dikatakan dia, devaluasi yuan tersebut dikhawatirkan menimbulkan peperangan mata uang (currency war) dan memicu negara lain untuk ikut melakukan devaluasi terhadap mata uangnya.
“Dia (China) bisa devaluasi lagi, nanti mata uang lain akan berusaha (devaluasi). Jadi semua yang terkait China itu akan melemah,” jelas dia.
Sementara itu, Gubernur Bank Indonesia (BI) Agus Martowardojo mengakui pelemahan rupiah saat ini terlalu dalam (overshoot), sehingga berada jauh di bawah nilai fundamentalnya (undervalued).
“BI telah dan akan terus berada di pasar melakukan upaya stabilisasi nilia tukar ruiah. BI akan mengoptimalkan bauran kebijakan dan terus berkoordinasi dengan pemerintah dan otoritas lainnya,” pungkasnya.
Berdasakan data BI, nilai tukar rupiah terhadap dolar AS siang ini mencapai Rp13.758 (kurs tengah BI).
Artikel ini ditulis oleh:
Eka