Jakarta, Aktual.com – Gubernur DKI Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) mengaku sengaja menunda renovasi sekolah-sekolah di DKI Jakarta. Alasan Ahok, poin-poin anggaran untuk renovasi sudah terlanjur banyak yang dia coret. Sebab dia menemukan banyak anggaran renovasi sekolah yang tidak masuk akal.

“Masa renovasi satu sekolah Rp30-50 miliar. Itu mah bikin universitas, karena itu saya coretin. Lebih baik ada silpa gede ngga apa-apa, daripada sekolah 30-50 miliar,” ujar dia, di Balai Kota, Rabu (12/8).

Ahok pun kembali menyindir ‘dana siluman’ terkait pengadaan UPS, scaner di sekolah yang sudah masuk ranah hukum. “Kenapa sekolah rusak beli komputer, beli scaner 3,8 miliar, beli UPS 6 miliar, beli elektoronik sistem pemadam sekolah 6 miliar, sekolah rusak kok, aneh-aneh aja,” ujar dia.

Berdasarkan data Dinas Pendidikan DKI, jumlah sekolah yang rusak dan butuh renovasi mencapai 47 persen. Salah satu contoh, SMP 159 di Tambora, Jakarta Barat yang kondisi kelasnya tidak lagi layak untuk proses belajar mengajar hingga membuat siswanya ‘mengungsi’ ke mushala atau perpustakaan.

Persoalan minimnya anggaran, diakui Kepala Bidang Sarana dan Prasarana Disdik DKI, Sarjoko jadi penyebab tidak bisa renovasi sekolah dikebut tahun ini. Awal Februari lalu, Sarjoko mengatakan, dari data Disdik DKI,di 2015 sebenarnya ada 212 gedung yang harus direhab total, karena tingkat kerusakannya mencapai 60 persen dan berusia di atas 30 tahun.

Namun karena alasan anggaran minim, dipakailah skala prioritas. Rehab total baru dilakukan jika usia gedung di atas 30 tahun, rawan ambruk, tingkat kerusakan di atas 60 persen dan masih satu lantai. Alhasil, hanya 41 gedung sekolah yang akan direhab total. Sedangkah rehab total dari tahun 2014 sebanyak 55 gedung. Lalu ada 193 gedung sekolah yang direhab berat dan rehab sedang 65 gedung.

Artikel ini ditulis oleh: