Jakarta, Aktual.com —  Hasil pertemuan Forum Koordinasi Stabilitas Sistem Keuangan (FKSSK) kali ini menunjukkan bahwa stabilitas sistem keuangan masih terjaga dengan baik, meskipun terjadi tekanan pada pasar keuangan dan nilai tukar.

Anggota FKSSK yang terdiri dari Menteri Keuangan, Gubernur Bank Indonesia (BI), Ketua Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan (OJK), dan Ketua Dewan Komisioner Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) mengatakan nilai tukar rupiah saat ini dinilai tidak mencerminkan nilai fundamentalnya (undervalued). Pelemahan nilai tukar terebut terjadi dalam dua hari terakhir akibat dari faktor eksternal, khususnya depresiasi yuan China.

“China lakukan devaluasi hingga tiga kali, 1,9 dan 1,6 persen serta 1,11 persen. Itu adalah reaksi dari China ketika melihat semua pergerakan kurs dan dia melihat ekspor impornya pengaruh bulan sebelumnya negatif sampai 2,3 persen,” ujar Gubernur BI Agus Martowardojo di Kementerian Keuangan Jakarta, Kamis (13/8).

Langkah jangka pendek yang akan dilakukan FKSSK mencegah pelemahan rupiah yaitu meningkatkan investasi pemerintah dan swasta, serta meningkatkan daya beli masyarakat untuk menjaga konsumsi domestik.

“FKSSK telah bersinergi memberikan insentif guna menambah daya beli masyarakat, menurunkan harga barang dan jasa, serta meningkatkan ketersediaan kredit yang disalurkan melalui lembaga keuangan,” jelas dia.

Namun, FKSSK belum memberikan langkah jangka menengah dan panjang untuk mengatasi gejolak ekonomi dari faktor eskternal maupun internal.

“Betul banyak PR (pekerjaan rumah) jangka menengah panjang yang belum dikerjakan, ini jadi komitmen pemerintah sekarang. Tapi kebijakan panjang itu harus diselesaikan sekarang, seperti infrastruktur, industrialisasi harus dipercepat,” pungkasnya.

Artikel ini ditulis oleh:

Eka