Jakarta, Aktual.co —Menteri Perindustrian Saleh Husin meminta produsen garam nasional agar meningkatkan kualitas garam produksinya, supaya dapat memenuhi kebutuhan garam di sektor industri dalam negeri.

“Garam merupakan salah satu komoditi yang strategis bagi industri, karena banyak dibutuhkan di sektor kimia, aneka pangan dan minuman, serta farmasi dan kosmetika. Selain itu, lanjutnya, garam juga menjadi kebutuhan pokok bagi manusia untuk dikonsumsi,” terang Saleh, di Jakarta, Minggu (19/4).

Ia memperkirakan, bahwa sepanjang tahun ini kebutuhan garam nasional diperkirakan mencapai 2,6 juta ton, dimana sektor industri yang paling mendominasi penggunaaannya.

“Namun saat ini masih harus diimpor karena kualitas garam kita belum dapat memenuhi standar industri, sedangkan garam lokal hingga saat ini hanya baru memenuhi untuk kebutuhan konsumsi (masyarakat),” ujarnya menjelaskan.

Di samping itu, Ia kembali menerangkan, total impor garam 2013 senilai US$104 juta dimana dari total nilai impor itu, ekspor produk industri makanan dan minuman yang menggunakan bahan baku garam telah berkontribusi dalam meningkatkan devisa negara sebesar US$4,83 miliar.

“Belum lagi dari produk industri PVC dan kertas,” ucap Saleh.

Menurutnya, kualitas garam yang dibutuhkan oleh industri tidak hanya terbatas pada NaCl yang tinggi (minimal 97 persen), tetapi juga harus diperhatikan kandungan logam berat lainnya seperti kalsium dan magnesium yang masing-masing maksimal 400 ppm untuk industri aneka pangan.

Sedangkan, untuk industri chlor alkali plan (soda kostik) maksimal 200 ppm serta kadar air yang rendah.

“Sementara itu garam untuk industri farmasi yang digunakan untuk memproduksi infus dan cairan pembersih darah harus mengandung NaCl 99,9 persen-100 persen,” jelasnya.

Sementara itu,  dari sisi garam konsumsi untuk kebutuhan manusia permasalahan yang dihadapi saat ini adalah pasokan Kalium Iodat (KIO3) yang masih terbatas dan harga jual yang masih tinggi sehingga industri garam beryodium yang skala kecil kesulitan dalam mendapatkan pengadaan kalium lodat.

“Dengan demikian kondisi ini berdampak pada kurangnya jaminan pasokan garam ber-yodium cukup di masyarakat,” ungkapnya.

Artikel ini ditulis oleh: