Jakarta, Aktual.co —Ternyata, sebelum berlangsung KAA di Bandung 1955, Tiongkok, Myanmar dan India sudah terikat dalam sebuah kesepakatan yang disebut “The Five Principles of Peaceful Coexistence”.
Demikian dituturkan oleh Daw Than Than Nu, putri mantan Perdana Menteri Myanmar U Nu dalam sebuah wawancara khusus oleh Xinhua.
Dalam wawancara soal Konferensi Asia Afrika di Jakarta itu, dia menyatakan bahwa semangat dan esensi dari “The Five Principles of Peaceful Coexistence” yang didorong oleh Perdana Menteri Zhou Enlai, Perdana Menteri Nehru dan ayahnya U Nu pada 1954 itu menjadi salah satu dasar terjadinya kesepakatan Dasa Sila Bandung.
Dia meminta pemerintah Tiongkok sebagai salah satu pemrakarsa kesepakatan itu agar ikut berperan aktif dalam memperkenalkan kesepakatan itu agar peserta konferensi tahu bahwa “The Five Principles of Peaceful Coexistence” itu pernah ada.
“Premier Zhou Enlai, Prime Minister U Nu and Prime Minister Nehru were not only notable figures as advocates of the five principles but also great representatives responsible for working hard to ensure the Bandung Conference was a success,” kata salah satu pendiri Partai Demokrat (Democratic Party) di Myanmar ini .
Dia mengakui bahwa Dasa Sila Bandung akhirnya menjadi faktor penting beberapa perubahan yang terjadi di dunia.
“All these had played a positive role in pushing international situation to develop in a positive direction,” tambahnya.
Dalam wawancara tersebut (seperti yang pernah diminta Bung Karno saat pidato di Konferensi Asia Afrika Bandung) dia meminta seluruh negara Asia dan Afrika untuk bersatu.
“If Asian countries unite, there could not be a repeat of history of being oppressed by bigger powers,” tutupnya.
Artikel ini ditulis oleh:

















