Jakarta, Aktual.com – Presiden Joko Widodo telah menelepon Menteri Koordinator Kemaritiman, Rizal Ramli terkait kritik rencana PT Garuda Indonesia Tbk (GIAA) membeli 30 pesawat tipe Airbus 350 XWB.
Demikian disampaikan anggota tim komunikasi presiden, Teten Masduki di Istana Merdeka, Jakarta, Senin (17/8).
“Presiden meminta agar menteri-menterinya jangan malah saling menyerang di depan publik terkait kebijakan pemerintah. Jika ada koreksi, sebaiknya disampaikan secara internal,” ungkapnya.
Diungkapkannya, Presiden juga mengapresiasi Koreksi yang dilakukan antar menteri sebenarnya bagus juga untuk program pembangunan pemerintah. “Pada dasarnya Presiden bukkanya anti dalam kritik,” ucap Teten.
Perlu diketahui, saat serah terima jabatan Menko Maritim kemarin, Rizal meminta rencana pengadaan pesawat berbadan lebar dibatalkan. Menurut Rizal, permintaan ini telah disampaikan kepada Jokowi.
Rizal menilai pesawat A350 XWB hanya cocok untuk penerbangan internasional jarak jauh. Namun, menurutnya, rata-rata tingkat isian (load factor) penumpang pada penerbangan internasional jarak jauh Garuda hanya 30% atau tidak pernah penuh. Akibatnya rute internasional Garuda tidak menguntungkan secara bisnis.
Dia mengatakan, Garuda juga pernah memiliki pengalaman buruk saat pengadaan pesawat berbadan lebar yang dibiayai dari pinjaman Eropa. Pesawat itu juga melayani penerbangan internasional. Garuda saat itu, sempat dinilai gagal bayar dan armadanya akan disita namun langkah tersebut berhasil diselesaikan melalui program resrukturisasi.
Menteri BUMN menyatakan, keputusan pengadaan pesawat baru oleh Garuda murni sebagai aksi korporasi. Apalagi, Garuda harus melakukan ekspansi rute penerbangan internasional dan domestik
Saat perjanjian pengadaan pesawat pada Juni 2015 lalu di Prancis, Garuda menyatakan komitmen untuk mengadakan 30 pesawat A350 XWB. Garuda juga berencana membeli 30 unit pesawat berbadan lebar jenis Boeing 787 Dreamliners. Sampai 2025, Garuda akan mendatangkan 53 pesawat ‘wide body’ dan 80 pesawat ‘narrow body’.
Pesawat tersebut akan digunakan untuk program ekspansi dan peremajaan armada. Total dana yang dibutuhkan untuk membeli 133 pesawat sebesar US$ 9 miliar (Rp 117 triliun).
Untuk pengadaan armada baru ini, Garuda menggunakan skema sewa atau operating lease. Garuda telah memperoleh dukungan pendanaan untuk pengadaan pesawat baru. Salah satunya datang dari Bank of China (BOC) Aviation. BOC Aviation bersedia memberikan fasilitas pinjaman US$ 4,5 miliar (Rp 58,5 triliun).
Artikel ini ditulis oleh: