Jakarta, Aktual.com — Museum Nasional memamerkan lebih 100 koleksi bertemakan religi dan kesenian yang ada dari berbagai provinsi sebagai bentuk toleransi terhadap sistem kepercayaan yang beragam di Indonesia.
“Tujuan pameran ini adalah untuk mengetahui bahwa jenis agama dan sistem kepercayaan di Indonesia sangat beragam, namun tetap ada toleransi dan harmonisasi antarumat beragama,” kata Kepala Seksi Perancangan Museum Nasional, Nusi Lisabilla, di Jakarta, Selasa (18/8).
Nusi mengatakan, bahwa pameran yang digelar pada 18 Agustus-7 September 2015 mendatang ini selain masih dalam suasana perayaan HUT Kemerdekaan ke-70 Tahun Republik Indonesia, juga untuk mengenalkan kepada pengunjung sejarah perkembangan sistem kepercayaan di Indonesia sejak zaman pra sejarah beserta peninggalannya.
Ada 117 koleksi yang ditampilkan dari hasil kerja sama dengan beberapa museum, yakni Galeri Nasional Indonesia, Museum Wayang, Museum Katedral, Museum Benteng Heritage, Bayt Al-Quran & Museum Istiqlal, Museum Al-Kitab, Museum Provinsi Kalimantan Barat dan Anjungan Kalimantan Timur TMII.
Museum Nasional menyumbang sekitar 80 koleksi, seperti peralatan upacara dari perunggu, prasasti, arca Dewa-dewa Hindu dan koleksi patung lainnya.
“Yang unik adalah koleksi upacara ‘Nyobeng’ dari Museum Kalimantan Barat karena ada tengkorak yang akan dipamerkan,” kata Nusi.
Ia menjelaskan, upacara “Nyobeng” merupakan ritual kepercayaan masyarakat adat dayak dengan memandikan tengkorak kepala musuh agar kekuatan supranatural dari tengkorak bisa melindungi mereka.
Selain itu, pameran bertajuk “Teruntuk Sang Maha Indah” ini juga menyajikan koleksi yang memperbolehkan pengunjung untuk menyentuhnya, yakni Alquran Musaf milik Bayt Al-Quran & Museum Istiqlal.
Dengan adanya pameran ini, pengunjung dapat menelusuri perkembangan sistem kepercayaan di Indonesia yang dimulai dari penyebaran agama Hindu-Buddha pada masa pra sejarah, kemudian agama Islam, perkembangan Kristen dan Khatolik dari Eropa di bagian timur Indonesia hingga bangsa Tiongkok yang mengenalkan agama Kong Hu Cu.
Artikel ini ditulis oleh: