Jakarta, Aktual.com – Anggota Badan Anggaran DPR RI , Sukamta, menyoroti kondisi ekonomi nasional yang semakin memprihatinkan.
Pada penyampaian keterangan Pemerintah atas Rancangan Undang-Undang tentang Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (RAPBN) Tahun Anggaran 2016 beserta Nota Keuangan pada 14 Agustus 2015 yang lalu diantaranya disebutkan bahwa asumsi nilai tukar rupiah tahun 2016 adalah sebesar Rp13.400 per dolar AS , Asumsi pertumbuhan ekonomi tahun 2016 adalah sebesar 5,5 persen dan asumsi laju inflasi tahun 2016 adalah sebesar 4,7 persen.
“Kami tentu berharap bahwa penyampaian pidato Presiden RI mampu membangkitkan optimisme pasar dan ekonomi nasional pada umumnya, namun ternyata tidak indah seperti yang diharapkan” katanya, di komplek parlemen Jakarta, Rabu (19/8).
Sukamta menjelaskan, nilai tukar rupiah berdasarkan data Bloomberg pada pembukaan perdagangan, kemarin, Selasa (19/8) di level Rp13.820/USD. Posisi tersebut memburuk 33 poin dibanding penutupan perdagangan sebelumnya di level Rp13.787/USD saat pembacaan nota keuangan.
Sedangkan, lanjutnya, posisi rupiah berdasarkan kurs referensi Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor) BI pada level Rp13.831/USD, juga melemah 68 poin dari posisi akhir pekan lalu di level Rp13.763/USD.
“Apa mau dikata, kondisi ini diperparah dari imbas kekhawatiran devaluasi lanjutan yuan yang hari ini kembali terkoreksi dan masih melemahnya sejumlah harga komoditas membuat laju USD tak terbendung, sehingga laju rupiah pun terus terlibas semakin dalam dan ketidakpastian ekonomi masih menggelayuti ekonomi bangsa kita hingga saat ini.” ungkapnya.
Artikel ini ditulis oleh: