Jakarta, Aktual.com — Pengamat Energi Pusat Studi Kebijakan Publik (Puskepi) menyayangkan sikap Pemerintah dan PT Pertamina (Persero) yang menjual Elpiji 12 Kilogram (Kg) dengan harga yang jauh lebih murah dari yang dijual perusahaan swasta. Padahal, konsumen elpiji 12 kg ini pada dasarnya adalah golongan menengah ke atas dan hanya sekitar 10 persen dari konsumen elpiji secara umum.
“Dengan Pertamina menjual dengan harga yang ternyata sangat murah dibanding swasta, ini terkesan lebih ke memonopoli perdagangan Elpiji. Sedangkan pihak swasta Blue Gas, menjual dengan harga Rp20.900 per kilonya. Sementara Pertamina masih menjual dengan harga Rp12.900 per kilonya,” ujar Sofyano dalam keterangannya di Jakarta, Kamis (20/8).
Menurutnya, Pemerintah harus menaruh perhatian penuh terhadap hal ini. Sebab, penetapan harga ini justru memiliki potensi opportunity loss yang besar dan ini berdampak pada kesehatan BUMN itu sendiri.
“Artinya ada kesengajaan untuk tidak menyehatkan BUMN. Secara UU perseroan, BUMN kan diharuskan meraup untung,” kata dia.
Ia menegaskan, dengan ‘obral’ harga Elpiji 12 Kg tersebut tentu saja pihak swasta tidak akan mampu bersaing dengan BUMN. Jika harga jual Pertamina dikaitkan dengan keberadaan Pertamina sebagai BUMN yang punya fungsi sosial, rasanya ini juga tidak sesuai dengan kenyataan yang ada.
“Contoh, BUMN Garuda Indonesia, selama ini menjual tiket penerbangannya rata-rata diatas harga jual tiket penerbangan pihak swasta kok. Jadi sudah pantas masyarakat golongan mampu di negeri ini berterimakasih kepada BUMN Pertamina karena sudah menjual Elpiji 12kg kepada mereka dengan harga yang jauh lebih murah ketimbang yang dijual badan usaha swasta,” tutupnya.
Artikel ini ditulis oleh:
Eka