Jakarta, Aktual.co — Pemulung yang melakukan aktivitas di wilayah DKI Jakarta menginginkan adanya rumah singgah khusus yang bisa dijadikan tempat beristirahat.

“Kalau bisa kami ingin dapat rumah singgah untuk tempat beristirahat,” kata pemulung bernama Samsul (50 tahun) yang ditemui wartawan di kawasan Rawamangun, Jakarta Timur, Jumat (17/4).

Menurut Samsul, rumah singgah sangat berguna bagi dirinya dan banyak teman sejawatnya yang tidak memiliki tempat tinggal di Ibu Kota, sehingga memaksa mereka tidur di tempat-tempat umum.

“Kalau saya biasanya tidur di mana saja, sering juga di emperan toko,” ujarnya.

Senada dengan Samsul, Wasriah (70 tahun), pemulung yang dijumpai di daerah Manggarai, Jakarta Selatan, mengatakan rumah singgah juga bisa berguna untuk pendataan para pemulung.

“Kasihan juga, Mas, biasanya pemulung di sini yang banyak berasal dari luar Jakarta, tidak ada yang memerhatikan, bahkan kalau meninggal dibawa begitu saja ke rumah sakit tanpa sanak saudara,” ujar perempuan yang asal Jawa Tengah yang sudah lebih dari 25 tahun mencari nafkah di Ibu Kota itu.

Sementara Cipto (60 tahun), pemulung yang dijumpai Antara di kawasan Juanda, Jakarta Pusat, mengatakan rumah singgah itu penting untuk pemulung seperti dirinya yang kerap tidur di tempat-tempat umum.

“Saya harapkan rumah singgah itu jangan ‘panas-panas tahi ayam’ yang hanya bagus di awalnya saja,” tutur Cipto, yang memilih tinggal di jalanan walau ber-KTP Jakarta dan memiliki tepat tinggal di kawasan Klender, Jakarta Timur.

Pendapat para pemulung tersebut pun didukung oleh sosiolog Universitas Negeri Jakarta Roberto Robet.

“Rumah singgah sangat berguna untuk pemulung karena pada dasarnya pekerjaan mereka sangat rentan,” ujar Robertus ketika dihubungi Antara.

Robertus melanjutkan, stigma negatif yang terlanjur ditanamkan pemerintah dan sebagian masyarakat atas profesi pemulung membuat pekerjaan para pemungut sampah itu berisiko.

“Oleh karena itu pemerintah harus melindungi keamanan profesi pemulung, termasuk kesehatan dan pendidikannya. Penyediaan tempat penampungan maupun rumah singgah juga bisa turut membantu pengembangan profesi mereka,” kata pria yang menamatkan doktoralnya di Sekolah Tinggi Filsafat Driyarkara dan telah menulis beberapa buku ini.

Artikel ini ditulis oleh:

Andy Abdul Hamid