Jakarta, Aktual.com — Pemerintah mendorong para perancang perangkat lunak untuk menciptakan aplikasi pemantauan informasi ketersediaan dan harga pangan di berbagai daerah di Tanah Air.
Kepala Kantor Staf Kepresidenan (KSP) Luhut Binsar Panjaitan dalam siaran pers yang diterima, Senin (24/8), mengatakan aplikasi tersebut diharapkan dapat segera diterapkan sehingga mampu mengurangi kesenjangan informasi harga di masyarakat dan mengurangi spekulasi harga.
Luhut menyampaikan hal itu di hadapan sekitar 250 peserta kompetisi pembuatan program sistem pemantauan harga dan ketersediaan pangan di Gedung Krida Bhakti Sekretariat Negara, Kompleks Istana Negara Jakarta, Minggu (23/8) malam. Kompetisi berlangsung selama dua hari 22-23 Agustus 2015.
Peserta kompetisi bertajuk Hackaton Merdeka itu, diberi waktu dua hari untuk membuat aplikasi pemantauan harga dan ketersediaan pangan di berbagai wilayah. Dari sekitar 250 peserta telah diambil dua belas terbaik.
Luhut Binsar Panjaitan yang juga Menteri Koordinator bidang Politik Hukum dan Keamanan, akan menjadwalkan para pemenang itu mempresentasikan hasil karya mereka di hadapan Presiden Joko Widodo.
“Sadar atau tidak, program yang kalian buat ini bisa mengurangi tingkat korupsi,” kata Luhut di hadapan ratusan pakar teknologi informasi (TI) itu.
Para tengkulak, kata dia, kini tak bisa lagi mengeruk untung tak wajar lantaran informasi yang dikuasai segelintir orang. Menurut data yang dilaporkan ke Luhut, tengkulak kebutuhan pokok bahkan mengambil untung hingga 500 persen. “Setelah penyempurnaan, nanti program yang kalian buat harus segera diaplikasikan di pasar,” katanya.
Selain itu, pangan juga menyumbang persentase yang tak sedikit dalam tingkat inflasi. Menurut Luhut, dampak langka atau tingginya harga pangan bakal berpengaruh terhadap suku bunga dan pertumbuhan ekonomi. “Saya tak berbasa-basi. Anda sekalian adalah pahlawan ekonomi,” ujar Luhut.
Salah satu pemenang Hackaton dari tim Coding Stelsel, Ivan Sugiarto Widodo mengatakan ide aplikasinya adalah memotong mata rantai tengkulak. Caranya, masyarakat melaporkan harga sebuah komoditas di pasar terdekat melalui pesan pendek atau memasukkan data ke aplikasi.
Setelah data “crowdsourcing” dikumpulkan, program itu bisa memetakan daerah yang kekurangan suatu komoditas, atau kelebihan. Dari aplikasi tersebut, pemerintah dan masyarakat juga bisa mengetahui harga sebuah komoditas, wajar atau tidak.
Setelah data diperoleh, tim Coding memasukkan rumusan inflasinya, yakni dengan memberikan pembobotan bahan makanan pokok yang mengaju pada standar Badan Pusat Statistik. “Tiap wilayah bisa kita ukur,” kata dia.
Pada Minggu malam (23/8), Luhut resmi menutup acara Hackaton Merdeka. Dalam kompetisi membuat program selama 24 jam non-stop itu terpilih lima pemenang, diantaranya dari tim Bawang 5 kilogram, Komoditi, Coding Stelsel, Bacul Top dan Alva Leon. Mereka kini meyempurnakan program yang mereka kebut pembuatannya hanya semalam.
Luhut juga berharap agar banyak bibit pakar IT yang mampu bersaing membuat program dan aplikasi yang bermanfaat untuk publik. “Jangan tergantung dengan software asing, dengan demikian bangsa Indonesia akan lebih dihargai oleh bangsa lain,’ katanya.
KSP memfasilitasi komunitas TI yang bergabung dalam Code4Nation menggelar lomba pembuatan software bertajuk Hackathon Merdeka yang berlangsung di Gedung Krida Bhakti Sekretariat Negara, Kompleks Istana Negara Jakarta 22-23 Agustus 2015. Kompetisi kali ini untuk membuat aplikasi pemantauan harga pangan.
Deputi I Bidang Pengendalian Pembangunan Program Prioritas KSP Darmawan Prasodjo mengatakan program tersebut bisa memperkuat kekuatan komunitas karena masyarakat akan terlibat dalam mengumpulkan data. “Teknisnya juga tak akan merepotkan rakyat karena masyarakat melaporkannya dengan teks pesan pendek,” katanya.
Artikel ini ditulis oleh: