Jakarta, Aktual.com — Setelah sempat rebound di perdagangan kemarin, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) hari ini kembali lengser dari level 4.200.

IHSG turun 27,680 poin (0,65%) ke level 4.200,821 ada perdagangan preopening. Sedangkan Indeks LQ45 melemah 7,087 poin (1,00%) ke level 701,175.

Mengawali perdagangan hari ini, IHSG dibuka melemah 41,191 poin (0,97%) ke level 4.187,310. Indeks LQ45 dibuka terkoreksi 10,316 poin (1,46%) ke level 697,796. Hingga pukul 9.05 waktu JATS, IHSG berkurang 38,501 poin (0,91%) ke level 4.190,000. Sementara Indeks LQ45 mundur 8,062 poin (1,14%) ke level 700,200.

First Asia Capital memperkirakan indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) bergerak dengan support di level 4170 dan resisten di level 4300.

“Menyusul bervariasinya pergerakan di pasar global, perdagangan saham hari ini masih berpeluang menguat namun diperkirakan terbatas,” kata Analis First Asia Capital David Sutyanto di Jakarta, Rabu (26/8).

Menurutnya, langkah PBoC menurunkan bunga akan berdampak positif bagi pemulihan ekonomi negara tersebut dan ini akan berdampak positif bagi Indonesia.

Sementara bursa global tadi malam bergerak mixed. Indeks Eurostoxx di zona Euro naik 4,71% di 3218,01 Sedangkan di Wall Street indeks DJIA dan S&P bergerak fluktuatif namun gagal tutup di teritori positif menyusul masih tingginya kekhawatiran pasar atas perekonomian China.

“Indeks DJIA setelah sempat menguat 3% namun di sesi akhir koreksi 1,29% di 15666,44. Sedangkan indeks S&P akhirnya tutup koreksi 1,35% di 1867,61. Harga minyak mentah berhasil rebound 3,27% di USD39,49/barel,” ungkap David.

“Bervariasinya penutupan bursa global tadi malam terutama ditopang kenaikan kembali harga minyak dan sentimen positif dari kebijakan PBoC yang kembali memangkas tingkat bunganya sebesar 25 bp untuk kelima kalinya sejak November lalu,” imbuhnya.

Tingkat bunga pinjaman satu tahun diturunkan 25 bp menjadi 4,6%. Selain tingkat bunga PBoC juga melonggarkan required reserve ratio (RRR) sebesar 50 bp. Langkah stimulus lanjutan PBoC tersebut untuk mendorong pertumbuhan negara tersebut yang tengah menghadapi perlambatan.

Namun langkah ini belum mampu memberikan keyakinan perekonomian China akan membaik sehingga pasar saham Wall Street kembali tertekan di akhir sesi.

Artikel ini ditulis oleh: