Jakarta, Aktual.co — Eksekusi mati yang dialami oleh seorang Tenaga Kerja Indonesia (TKI), Siti Zaenab menunjukkan jika Presiden Joko Widodo tidak memiliki cara berdiplomasi yang baik agar Indonesia bisa dihargai oleh negara lain.
“Saya kira eksekusi hukuman mati beruntun ini preseden paling buruk yang pernah kita miliki dalam tata diplomasi selama ini dengan negara lain,” tegas Direktur Migrant Care, Anis Hidayah saat berunjuk rasa, di depan Kedutaan Besar Arab Saudi, Jakarta, Jumat (17/4).
Lebih jauh disampaikan Anis, bukan hanya mendesak Presiden Jokowi, pihaknya juga menuntut agar pemerintahan Arab Saudi bisa lebih menghargai Hak Asasi Manusi (HAM) para pekerja Indonesia.
Karena menurutnya, apa yang dilakukan Siti Zaenab tidak terjadi begitu saja. Melainkan ada sebab akibat yang seharusnya menjadi pertimbangan penegak hukum di sana.
“Tentu kita juga mendesak Arab kedepan memperhatikan prinsip-prinsip HAM dalam memeperlakukan buruh migran. Tidak hanya dari indonesia tetapi juga dari negara lain. Karena pembunuhan itu bukan kejadian yang berdiri sendiri, tetapi ada ‘background’ situasi kerja,” pungkasnya.
Untuk diketahui, pada 14 April 2015 pukul 14.00 WIB, Konsulat Jenderal RI di Jeddah menerima informasi dari pengacara Khudran Al Zahrani mengenai telah dilaksanakannya hukuman mati (qishash) terhadap Warga Negara Indonesia (WNI), Siti Zaenab.
Mendiang Siti Zaenab dijatuhi vonis hukuman mati lantaran membunuh majikannya di Arab Saudi pada 1999 silam.
Artikel ini ditulis oleh:
Nebby

















