Jakarta, Aktual.com — Desainer Lampung, Aan Ibrahim bakal mengusung karya busana kreasi sulam usus ke ‘Festivale Kacilacak Sanscttci Lestesi’ di Istambul, Turki.
Menurut Aan Ibrahim di Bandarlampung, Senin (31/8), setidaknya 50 negara Islam dari penjuru dunia akan mengikuti pameran yang digelar oleh pemerintah Turki.
Pameran budaya di Negeri Shehrazad ini, akan digelar 2-15 September 2015 mendatang.
Pada pameran di Negeri ‘1001 malam’ tersebut, Aan Ibrahim akan mengusung karya kreasi busana sulam usus.
“Kali ini saya akan memperkenalkan ikon Lampung berupa sulam usus, tentunya dalam kreasi busana, baik untuk pria maupun wanita, serta pernak-pernik dan aksesoris cenderamata berbahan dasar sulam usus,” ujar Desainer Lampung yang juga pernah mengangkat pamor kain Tapis Lampung ke dalam karya busananya hingga tidak hanya ‘go nasional’, tetapi juga bisa ‘go internasional’.
Aan menambahkan, bahwa kreasi busana sulaman usus kali pertama diperkenalkannya dalam rancangan kebaya menjadi gaun pengantin ketika Gubernur Lampung Poedjono Pranyoto menikahkan anaknya pada tahun 1995 silam.
Kemudian, karya itu ditindaklanjuti dengan berbagai peragaan di Jakarta hingga mancanegara.
Kini, hasilnya kebaya sulaman usus itu menjadi salah satu trendsetter dan busana bergengsi pilihan selebriti.
Busana ulam usus rancangan Aan Ibrahim, selain dikenakan para ibu istri pejabat juga para selebritis, antara lain Maudy Kusnadi, Arzeti Bilbina, dan Miss Universe.
Menurut Aan Ibrahim, kerajinan sulaman usus awalnya diperkenalkan masyarakat asli Lampung.
Ia menjelaskan, bahwa sulam usus untuk pakaian wanita, kemeja pria, hiasan dinding hingga tempat tisu. Sulaman usus, biasanya dikerjakan ibu-ibu dan remaja putri.
Kini, di Lampung, menurut dia, diperkirakan terdapat ribuan perajin yang mengembangkan kebaya sulaman usus.
Aan mengaku bangga karena kreasinya telah memberi mata pencaharian bagi sekian banyak orang.
Akan tetapi, di sisi lain Aan merasa dirugikan, mengingat dengan banyak busana sulaman usus yang harganya murah, otomatis pangsa pasar produk sulam ususnya makin terbatas.
Aan pernah terpikir mengusulkan kepada pemerintah untuk melarang usaha yang meniru rancangan orang lain. Akan tetapi, hal itu hingga kini tak dilakukannya.
Akhirnya, Aan mengaku tidak mau ambil pusing yang penting kualitas rancangannya tetap beda.
“Jadi, saya tetap punya langganan khusus. Biasanya persoalan harga bagi pelanggan tidak masalah,” ujar Aan yang memiliki Rumah Mode di Bandarlampung itu pula.
Langkah lain yang dilakukan Aan Ibrahim agar karyanya tetap “up to date” atau tidak ketinggalan zaman dan menjadi trendsetter.
Aan tidak pernah berhenti berinovasi. Kini, desainer kelahiran Pagar Dewa, Tulangbawang di Lampung ini menghadirkan kembali kebaya karyanya dengan desain tumbung manuk yang merupakan pengembangan dari sulaman usus.
Aan meyakini selama dirinya tetap berkreasi dan melakukan inovasi, pangsa pasarnya tidak akan terjegal.
“Di dunia mode harus selalu ‘up to date’ alias berlaku hukum harus ada sesuatu yang baru. Harus kreatif dan inovatif sesuai dengan perjalanan waktu kalau tidak mau tenggelam,” ujar Aan pula.
Artikel ini ditulis oleh: