Jakarta, Aktual.com – Gubernur DKI Jakarta, Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) sepertinya beda pendapat dengan wakilnya, Djarot Saiful Hidayat, soal program Kampung Deret untuk benahi pemukiman kumuh di Jakarta.
Jika Djarot berpendapat program Kampung Deret bisa menjadi solusi atasi pemukiman kumuh, tidak demikian dengan Ahok. Dia justru berpendapat program kampung deret sudah tidak menjadi prioritas Pemprov DKI lagi. Padahal program itu sempat menjadi program unggulan di Jakarta.
Kata Ahok, kalau pun ada lahan, kampung deret model dua lantai tidak diprioritaskan lagi. Program seperti itu, ujar dia, hanya bisa dilakukan kalau masyarakat mau mengalah. “Melebarkan seperti pola yang dulu, kami bisa jalankan,”kata Ahok, di Balai Kota, Jakarta, Senin (7/9).
Diakuinya, program kampung deret di dua tahun terakhir terkendala ketiadaan sertifikat tanah di kawasan padat penduduk. Kata Ahok, hal itu juga merupakan buntut dari temuan Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) di tahun 2013.
Ketimbang dirikan kampung deret, Ahok lebih suka membangun rumah susun bersubsidi. Alasannya biar lebih hemat. “Tanah di Jakarta mahal,” kata dia.
Sebelumnya, Djarot mengatakan konsep Kampung Deret bakal dilanjutkan tahun depan. Dia berpendapat konsep kampung deret yang sudah sempat berjalan di tahun 2013-2014 bisa menjadi salah satu solusi untuk mengatasi pemukiman padat penduduk di Jakarta.
Namun, tidak semua kampung padat penduduk bakal ditata dengan kampung deret. Hanya daerah yang kecil-kecil saja. “Terutama kawasan kumuh dan memungkinkan adanya kampung deret, sambil mengevaluasi ada yang berhasil dan yang tidak berhasil,” kata dia, di Balai Kota, Selasa, (1/9).
Diketahui, konsep kampung deret dicanangkan jaman Gubernur Jokowi untuk menata pemukiman kumuh di Jakarta. Yakni dengan menata ulang rumah-rumah jadi komplek perumahan bertingkat. Jaman Jokowi, konsep itu berhasil terealisasi di beberapa tempat. Seperti di Penjaringan, Kebon Kacang, Tomang, Pulogebang, Kebon Sirih, Rawa Jati, Tegal Parang dan Poncol.
Artikel ini ditulis oleh: