Jakarta, Aktual.com — Di tengah banjir terbesar pengungsi sejak Perang Dunia II, yang memaksa Eropa menerima ratusan ribu pendatang, Jepang yang pada tahun lalu hanya menampung 11 pencari suaka, justru berencana memperketat aturan pemberian suaka.

“Rencana perubahan sistem imigrasi di Jepang diantaranya termasuk memulangkan pengungsi, mencegah pendaftaran berulang pencari suaka sama, dan penyaringan awal,” kata pejabat Kementerian Kehakiman Hiroaki Sato, Rabu (9/9).

Jika rencana itu diterapkan, Jepang akan menjadi negara semakin tidak ramah terhadap pengungsi. Jepang saat ini menjadi salah satu negara maju yang paling sedikit menerima pengungsi, hanya 11 dari 5.000 pencari suaka di seluruh dunia pada 2014.

“Kami tidak berencana menaikkan atau mengurangi jumlah pengungsi ke Jepang. Rencana itu hanya bertujuan agar mereka yang benar-benar pengungsi dapat dimukimkan secepatnya,” kata Sato, yang mengaku tidak mengetahui kapan perubahan tersebut akan diterapkan.

Pada Rabu, sekitar 100 warga asing, yang dilepaskan sementara dari penahanan untuk pendatang, berunjuk rasa di sekitar distrik pemerintahan Tokyo untuk menuntut pemberian visa pengungsi.

“Pemberian visa pengungsi sudah sangat sulit. Untuk membuat lebih sulit lagi adalah hal yang sangat kejam,” kata Ali Jafari (54), warga asal Iran, yang mengaku datang ke Jepang sebagai pengungsi politik.

Pada Selasa, badan pengungsi PBB (UNHCR) memperkirakan bahwa 850.000 pendatang baru akan tiba di Eropa pada tahun ini, sebagian besar diantaranya dari Suriah.

Banjir besar pengungsi memaksa Uni Eropa untuk menerapkan kebijakan kuota minimal bagi masing-masing negara untuk menerima pendatang baru.

Namun, langkah kontras diambil oleh pemerintah di Jepang yang menilai bahwa berlindung dari perang bukan merupakan alasan yang kuat untuk mencari suaka.

Artikel ini ditulis oleh: