Jakarta, Aktual.com — Sebuah keputusan untuk melarang Masjid tertua Oslo untuk membantu pengungsi telah memicu kemarahan di kalangan umat Islam Norwegia, setelah otoritas imigrasi pemerintah memutuskan bahwa hanya organisasi netral yang diizinkan untuk memberikan bantuan.
“Kami memiliki cukup relawan dan sanitasi di sejumlah tempat. Jika kita dapat membantu, kami siap,” kata Arshad Jamil dari Pusat Kebudayaan Islam, Masjid tertua Norwegia, kepada penyiar negara NRK, Local.no melaporkan pada Rabu (9/9) waktu setempat.
Tawaran Muslim diikuti kabar bahwa setidaknya 700 pengungsi baru, terutama Suriah, yang diharapkan tiba di Norwegia pada pekan ini.
Dengan meningkatnya jumlah pengungsi, Direktorat Imigrasi Norwegia (UDI) telah berkoordinasi dengan badan amal dan organisasi lainnya yang dapat memberikan akomodasi sementara bagi mereka saat tiba nanti.
Memiliki fasilitas yang dibutuhkan untuk pengungsi berlindung, Masjid menawarkan untuk penampungan beberapa pengungsi yang baru tiba.
Tawaran itu ditolak setelah UDI mengatakan, bahwa Direktorat tidak bisa melibatkan organisasi keagamaan.
“Mereka balik menawarkan penerimaan juga mungkin memiliki nilai-nilai dasar, bahkan jika mereka sadari ada unsur-unsur agama atau politik di dalamnya,” Frode Forfang, Direktur UDI, mengatakan, bahwa dalam kasus ICC, landasan dari itu sendiri adalah agama dan karena itu tidak cocok.
“Kita bisa menggunakan ‘Salvation Army’, atau Gereja Kota Misi untuk hal itu. Tapi, tawaran yang sebenarnya dibutuhkan sikap netral,” katanya lagi.
Untuk mengisi kekurangannya dari tempat tidur, panggilan pemerintah untuk menawarkan bantuan yang dijawab oleh Palang Merah Norwegia, yang telah menawarkan 60 tempat tidur bagi pengunjung semalam, dan Angkatan Bersenjata Norwegia, yang telah berjanji untuk menyediakan barak bekas militer.
Nama-nama organisasi yang masuk dikritik oleh umat Islam yang mengatakan fasilitas ICC adalah dengan berbeda dari misi Gereja Kota.
“Bangunan ini adalah pusat budaya. Masjid adalah hanya sebagian kecil dari itu,” kata Jamil.
Populasi Muslim, yang telah tumbuh dengan mantap yakni sekitar 150.000 hingga 200.000 dari 5,2 juta penduduk Norwegia.
Perdebatan imigrasi di negara ini datang ke permukaan pada tahun 2011 lalu, ketika Anders Behring Breivik menewaskan 77 orang dan menuduh pemerintah dan Partai Buruh kemudian berkuasa memfasilitasi imigrasi Muslim dan memberantas darah murni Norwegia.
Dukungan untuk imigrasi terus meningkat sejak serangan terjadi, bagaimanapun, dan jajak pendapat akhir tahun lalu menemukan bahwa 77 persen orang berpikir imigran membuat kontribusi penting untuk masyarakat Norwegia.
Artikel ini ditulis oleh: