Pimpinan bersama anggota DPR berfoto bersama seusai mengikuti rapat paripuna di Gedung Nusantara, Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Jumat (28/8). Paripurna diselenggarakan dengan agenda pembacaan pidato Ketua DPR dalam rangka hari ulang tahun ke-70 DPR RI dan laporan kinerja Tahun Sidang 2014-2015.

Jakarta, Aktual.com — Pengamat Komunikasi Politik dari Universitas Paramadina, Hendri Satrio, mengatakan saat ini merupakan momentum yang tepat bagi partai pendukung pemerintah di parlemen melakukan kocok ulang pimpinan dan alat kelengkapan DPR.

“Jangan lama-lama kalau mau kocok ulang. Harus diseriusi. Ini momentumnya sangat pas. Kalau tidak, momentum akan hilang karena sudah berubah lagi petanya,” terangnya kepada Aktual.com, Kamis (10/9).

Wacana kocok ulang pimpinan dan alat kelengkapan DPR ini menggelinding setelah partai pendukung pemerintah di parlemen, Koalisi Indonesia Hebat, mendapat tambahan amunisi dari PAN. Hitung-hitungan di atas kertas, dengan bergabungnya PAN, jumlah suara di KIH bertambah 48 orang.

Sebelum PAN bergabung, jumlah KIH di parlemen 208 suara. Masing-masing dari F-PDIP 109 suara, F-PKB 47 suara, F-NasDem 36 suara, F-Hanura 16 suara. Dan, KIH semakin solid dengan adanya tambahan 48 suara sehingga total menjadi 256 suara.

Sementara suara KMP minus F-Demokrat (61 suara) adalah 243 suara. Masing-masing dari F-Golkar 91 suara, F-Gerindra 73 suara, F-PKS 40 suara dan F-PPP 39 suara.

Menurut Hendri, ujung dari berpolitik adalah kekuasaan. Dalam praktiknya tinggal siapa yang bisa bermain dengan cantik maka dia yang akan mendapatkannya. Nah, dalam membentuk ritme permainan yang cantik itu harus didukung pula dengan pemetaan, data dan analisis yang tajam.

Peta terakhir di parlemen misalnya, dengan bergabungnya PAN apakah benar partai pimpinan Zulkifli Hasan akan solid mendukung rencana kocok ulang. Sebab dalam politik bisa saja partai memutuskan mendukung kocok ulang tetapi kadernya ternyata tidak mendukung.

Hal lainnya adalah timing kocok ulang. Kata dia, saat ini masyarakat tengah dihadapkan pada permasalahan ekonomi. Dimana mereka tidak terlalu memperhatikan riuhnya perpolitikan nasional, sebab dihadapkan pada bahan-bahan harga pokok yang mulai naik.

“Ini waktu yang tepat, tetapi harus dipersiapkan dengan betul dari sekarang. Termasuk menentukan tokoh-tokoh yang layak untuk diajukan,” demikian Hendri.

Artikel ini ditulis oleh: