Jakarta, Aktual.com — Greenpeace Indonesia mempertanyakan kelanjutan sistem sekat kanal untuk membasahi gambut yang dijanjikan Presiden Joko Widodo guna mencegah kebakaran hutan dan lahan (Karhutla).
Manajer Kampanye Hutan Greenpeace Indonesia Kiki Taufik menyatakan Presiden Jokowi saat melakukan blusukan asap di Sungai Tohor, Riau, menyebut akan menyekat 1.000 kanal dengan bantuan pemerintah daerah.
“Tapi sampai sekarang sekat kanal tidak terdengar lagi, padahal kabarnya dana Rp15 miliar sudah ada di BNPB,” kata dia, di Jakarta, Kamis (10/9).
Bulan November adalah waktu tepat untuk membuat sekat kanal agar gambut tetap terendam. Gambut tidak bisa sekadar dibasahi tapi harus terendam. “Sayangnya sekat kanal tersebut tidak langsung dikerjakan,” ujar dia.
Padahal, kata dia, sekat kanal itu cukup efektif mencegah karhutla. Ia menyebutkan pada kawasan hulu, tempat sekat kanal dibuat atas instruksi Presiden Jokowi di atas gambut di Sungai Tohor, Riau, November 2014, sampai saat ini terbebas dari api.
Pekatnya asap dari karhutla yang terjadi di Sumatera dan Kalimantan karena bagian besar yang terbakar merupakan gambut dengan kedalaman lebih dari satu meter.
Berdasarkan data titik panas hasil citra satelit milik NASA dengan menetapkan tingkat keyakinan di atas 30 persen, terpantau sekitar 1.239 titik api di seluruh Indonesia di 2010. Sedangkan pada 2011, titik api meningkat tajam hingga mencapai angka 5.701.
Pada 2012, titik api mencapai 5.848 titik, dan menurun menjadi sekitar 5.700-an titik api di 2013. Pada 2014 titik api meningkat tinggi hingga mencapai 10.361 titik, sedangkan sampai 7 September 2015 terdapat 8.540 titik panas.
“Di Papua pun terpantau titik api, dan lokasinya di wilayah MIFE,” ujar Kiki.
Ada 3.464 titik api di lahan gambut, dan 5.076 di lahan mineral.
Artikel ini ditulis oleh: