Jakarta, Aktual.com — Kalangan analis pasar modal mengatakan bahwa pelaksanaan paket kebijakan ekonomi yang baru dikeluarkan oleh pemerintah dalam rangka menjaga pertumbuhan ekonomi Indonesia ditunggu investor.

“Sektor jasa keuangan domestik sedang bergejolak saat ini, itu terlihat dari fluktuasi rupiah dan pasar saham di Bursa Efek Indonesia (BEI), pelaksanaan paket kebijakan pemerintah yang cepat dapat meredam gejolak pasar saham dan rupiah,” ujar Analis First Asia Capital David Nathanael Sutyanto di Jakarta, Kamis (10/9).

Menurut dia, pemerintahan saat ini harus dapat menghilangkan persepsi negatif di kalangan pelaku pasar bahwa pelaksanaan atau implementasi kebijakan masih cenderung lambat.

Kemarin (Rabu, 9/9), Presiden Joko Widodo mengeluarkan paket kebijakan ekonomi untuk mengatasi kondisi ekonomi yang sedang lesu. Paket kebijakan akan dikeluarkan dalam beberapa tahap, Paket Kebijakan Ekonomi Tahap Pertama terdiri dari tiga langkah, pertama mendorong daya saing industri nasional melalui deregulasi, debirokrasi, penegakan hukum dan kepastian usaha.

Kedua, mempercepat proyek strategis nasional dengan menghilangkan berbagai hambatan dalam pelaksanaan dan penyelesaian proyek. Dan ketiga, pemerintah juga akan meningkatkan investasi di sektor properti.

“Paket kebijakannya bagus, tetapi prakteknya belum tentu sepenuhnya diapresiasi pasar. Pelaku pasar mengharapkan implementasinya bisa cepat sehingga segera dirasakan,” ujar David Nathanael Sutyanto.

Ia mengatakan bahwa salah satu kebijakan pemerintah yang masih dinanti investor yakni percepatan penyerapan anggaran belanja modal dan barang untuk mendorong pembangunan infrastruktur di dalam negeri.

“Sebelumnya, pemerintah menerapkan kebijakan fiskal ketat, seharusnya juga diikuti dengan pengeluaran belanja lebih banyak untuk infrastruktur,” ujar David Nathanael Sutyanto.

Kendati demikian, ia mengakui bahwa kebijakan-kebijakan pemerintah yang telah dikeluarkan pemerintah tidak semuanya berdampak negatif, hal itu terlihat dari tren neraca perdagangan Indonesia yang mengalami surplus.

Kepala Riset PT MNC Securities Edwin Sebayang menambahkan bahwa masyarakat diharapkan membangun kewaspadaan ekstra mengingat perekonomian terutama dari global masih bergejolak.

“Mulai dari Bank Dunia sampai Dana Moneter Internasional (IMF) melakukan pemangkasan pertumbuhan ekonomi dunia, termasuk Indonesia. Maka itu harus ditingkatkan kewaspadaannya, apalagi bagi para pelaku pasar modal,” katanya.

Di industri pasar modal, lanjut dia, di tengah kondisi perekonomian yang melambat seperti saat ini maka kinerja indeks harga saham gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia (BEI) berpotensi akan terus tergerus.

“Jika tidak ada perbaikan ekonomi baik dari global maupun domestik maka skenario terburuk IHSG bisa mencapai 4.005 poin pada akhir tahun 2015 ini. Sementara skenario optimis hanya bisa mencapai 4.810 poin,” paparnya.

Edwin Sebayang memaparkan rendahnya prediksi IHSG BEI itu dikarenakan minimnya faktor pendorong perekonomian Indonesia. Harga komoditas yang sedang berada dalam tren penurunan menjadi salah satu faktornya.

“Harga komoditas yang terus mengalami penurunan membuat Indonesia akan sulit bangkit, apalagi kondisi rupiah belum membaik. Jadi tidak heran arah IHSG lebih cenderung ke bawah,” katanya.

Melihat situasi itu, Edwin Sebayang memproyeksikan bahwa pertumbuhan ekonomi pada triwulan III-2015 akan cenderung mendatar di level 4,6 – 4,7 persen. Sementara itu, dalam data Badan Pusat Statistik (BPS) tercatat ekonomi Indonesia triwulan II-2015 sebesar 4,67 persen, melambat dibanding capaian triwulan I-2015 yang sebesar 4,72 persen.

Artikel ini ditulis oleh:

Eka